Oleh: Ambaryani
Penyeberang Kampung Baru. Selama hampir 3 bulan saya bertugas di Kubu, baru kali ini saya mencoba jalur Kampung Baru.
Dari arah Teluk Nangka Jangkang, lurus terus hingga Jangkang 3. Kemudian setelah SDN 36 Jangkang 3. Belok kiri jembatan papan, melewati jalan semen setapak diantara kebun karet.
Hingga ujung jalan, mendekati dermaga, jalan semen berganti tanah. Kanan kiri pohon sawit. Ada 1 warung di ujung kiri dermaga.
Dermaga nampak tak terawat. Beberapa bagian lantai sudah goyang-goyang, papannya lepas. Sudah tidak ada pakunya. Untuk naik ke dermaga melewati papan 2 keping. Kawan saya menyerah, tak berani naik. Khawatir tumbang. Ke kanan ataupun kiri sudah ditubir sungai.
Lama kami menunggu. Dermaga sepi. Tak ada nampak motor antri hendak nyebrang. Hanya 1 motor di depan kami. Ada motor air tertambat. Tapi tak ada nahkoda. Bukan jadwal gilirannya narik, begitu kata Della anak SMKN 1 Kubu yang ikut serta dalam perjalanan kami kali ini. Navigator perjalanan.
Lama kami menunggu. Hampir 1 jam lebih. Tak ada tanda-tanda klotok datang. Pemilik klotok sedang istirahat makan siang katanya. Pulang ke rumahnya.
Kami duduk di kursi yang ada di dermaga. Kursinya sudah goyang-goyang. Saat menunggu, kami sampai makan siang di dermaga. Membuka bekal nasi yang kami bawa.
Begitu kami selesai makan siang, klotok nampak berjalan lambat menuju dermaga. Setelah sampai, saya kembali ketar-ketir. Klotoknya kecil, dan sepertinya sudah berumur. Raungan mesinnya saja sudah ogah-ogahan. Bagaikan suara manusia yang sedang radang tenggorokan, parau.
Tak sampai di situ. Saat harus menaikkan motor ke klotok, nahkoda tak turun tangan. Penumpang harus mendorong sendiri motor ke atas klotok. Tentu saja kami terkejut. Tak pernah-pernah begini. Ngeri. Salah perhitungan, nyebur.
Akhirnya, ada orang yang sedang menunggu motor tambang lewat yang membantu kami menaikkan motor.
Awalnya, saat kami harus ke kantor Desa Kampung Baru, berharap memiliki pilihan jalan selain jalur Jangkang-Sungai Bulan. Tapi setelah menghadapi beberapa kondisi hari ini, saya jadi berpikir berulang kali. Bahkan, kami urungan niat melalui jalur ini. Semoga saja, nanti akan ada perbaikan prasarana dan pelayanan di penyebrangan ini. Tak ada lagi cerita naik turun klotok, mendorong motor sendiri. (*)