Oleh: Mita Hairani*
Jumat 16 Februari 2018 merupakan hari yang sangat aku tunggu. Hari itu Novie sahabatku berjanji akan mengajakku jalan jalan sekaligus menikmati liburan.
Ketika ia bertanya akan kemana, aku pun antusias menjawab ke air terjun. Aku sangat ingin pergi ke sana karena hingga saat itu aku masih belum pernah menikmati air terjun.
Setelah berembug, option air terjun yang kami pilih adalah air terjun Sambora yang terletak di Kecamatan Toho Kabupaten Mempawah. Tak ada satu pun dari kami yang tahu di mana tepatnya letak air terjun tersebut.
Dengan hanya berbekal tekad yang kuat, aku,Novie, Deja (adik Novie) dan Gogo (motor Novie) berangkat ke Toho mulai pukul 6:30 –bahkan tanpa membawa handphone.
Setelah Sampai ke Toho, kami mencari Desa Sambora dengan bertanya kepada beberapa penduduk setempat.
Untungnya penduduk di Toho ramah sehingga mempermudah kami untuk mendapatkan informasi. Dari jalan raya Toho, kami diarahkan belok ke kanan.
“Betol ke tadak jalan e nih Novie?” tanyaku sembari melihat jalan yang tampak tak berujung.
” Nanti kite tanyak agik ye,” balas Novie.
Karena tak ingin tersesat, kami bertanya kepada bapak-bapak yang sedang berkumpul di warung, beliau mengatakan Sambora masih jauh, jika ada patok, langsung belok kanan. Setelah berjalan, aku protes ke Novie.
“Banar ke tadak Novie? Kenape lama benar?” Kami pun berhenti lagi di warung yang banyak laki-lakinya.
“Dekat lagi Dek, belok kanan ada jalan beraspal. Butuh pemandu dak dek? Nya die maok nya,” ujar seseorang di antara mereka menawarkan seorang pemuda kepada kami.
“Ndakusahlah Bang,” balasku.
Ternyata jalan beraspalnya hanya sedikit, selebihnya jalan berbatu. Tak seberapa jauh Gogo berjalan, kami menemukan persimpangan. Jika kami berjalan lurus, kami dapat menjumpai sebuah rumah, namun aku tak berani ke sana karena di depannya terdapat seekor anjing yang tampak galak. Di tengah kegalauan, ternyata ada seorang lelaki paruh baya muncul dari hutan di samping jalan kami. Kami pun bertanya kepada beliau. Akhirnya kami menemukan arahnya. Benar kami harus belok ke kanan.
Kami melewati tanjakan curam untuk dapat sampai ke pondok kecil tempat kami selanjutnya menyimpan motor.
Ketika sampai di pondok, kami pun makan perbekalan kami karena perut sudah lapar. Setelah itu langsung kembali melanjutkan perjalanan. Kami harus melewati hutan yang cukup lebat dengan tanah yang tidak datar.
Masalahnyayang masuk ke hutan tersebut hanya kami bertiga, tiga dara.
Tapi entah kenapa kami begitu berani demi mencapai tempat tujuan.
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan seekor anjing hutan yang cukup mengerikan. Anjing yang sempat terhenti di depan kami, kemudian mundur ke belakang. Kami menghembuskan nafas lega dan berjalan kembali. Setelah berjalan beberapa langkah kami kembali melihat anjing tersebut berdiri di depan kami dengan lebih percaya diri, namun kali ini ia tak sendiri. Ada dua ekor anjing yang sama besar sedang menatap kami dengan tenang.
Jantungku berpacu kencang, “Dahlah Novie, Mita nyerah,” ujarku kepada Novie sembari memendam rasa takut.
Novie juga tampak takut sehingga ia hanya terdiam. Untungnya Novie membawa sebatang kayu panjang dan ketika Novie arahkan ke arah anjing tersebut, satu persatu anjing itu lari, menyisakan kelegaan di dalan dada kami.
Bukannya menyerah, setelah insiden itu kami masih berani melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian kami menemukan hutan sawit. Sesuai arahan kami berjalan lurus melewati jalan setapak yang dikelilingi hutan.
Kami terus mengikuti jalan setapak tersebut, namun setelah cukup lama berjalan di hutan, kami belum juga menemukan air terjun Sambora. Bagiku tak masalah karena perjalanan seperti ini aku rasa sangat menyenangkan. Serasa jadi backpaker.
“Kalau masih tak ketemu di depan kite balek yak. Yok,” ujar Novie.
Tapi aku tetap keukeuh berjalan paling depan. Setelah menaiki tanjakan barulah kami menemukan air terjun tersebut. Air terjun Sambora. Dengan langkah lebar dan senyum yang mengembang kami bergegas ke spot tersebut. Aku benar-benar mengagumi ciptaan sang maha kuasa ini. Ini pengalaman pertamaku travelling ke air terjun. Dan percayalah ini sungguh-sungguh menyenangkan. Kapan ke sana lagi? (*Club Menulis IAIN pontianak)