Oleh: Ambaryani
Sepatu anti badai. Seminggu yang lalu saya dengar istilah itu. Awalnya, saya berniat membeli sepatu karet. Sepatu jeli. Begitu sampai di toko, kata penjualnya itu sepatu anti badai.
Ow….bulat mulut saya saat dengar istilah itu. Saya setuju soal itu. Hujan badai pun tahan sepatu itu.
Apa lagi setelah saya di Kubu. Di musim hujan begini, sepatu itu menjadi pilihan yang sangat tepat.
“Eh…Mbak Ambar udah beli sepatu anti badai ya? Nanti di Pontianak saya mau beli juga Mbak”, kata Bu Mufti teman yang ditugaskan di SMP 10 Parit Usaha, Kubu.
Kawan sekantor saya yang sama-sama baru juga jadi kepengen. Dia mau beli nanti di Pontianak. Nyaman katanya.
Kalau jalan becek, penuh lumpur, tinggal dicuci, lalu pakai lagi. Sepatu pantofel, tak bisa begitu. Sepatu pantofel saya parkir di rumah sekarang ini.
Melihat jalan yang jelek, saya sampai berpikir, andai saja ada warga yang mau menawarkan jasa membawa motor melewati jalan becek ini, mau saya. Lebih baik jalan kaki, dari pada bermotor tapi harus turun naik, dorong motor.
Jalan yang harusnya hanya butuh waktu tempuh 5 menit kalau kondisinya ok, hari ini hampir 20 menit. Plus 2 kali turun ndorong-ndorong motor. Tak mau saya ambil resiko, dari pada pagi-pagi sudah berguling di lumpur. (*)