Oleh: Saripaini
Banyak hal menyenangkan yang aku rasakan ketika bersahabat dengan perempuan tomboy. Ulah si tomboy memang tidak singkron dengan karakter cewek pada umumnya, karena insting mereka lebih memilih dan tertarik untuk melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki kemudian hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging pada dirinya.
Pada umumnya si tomboy memiliki karakter pemberani yang diadopsi dari kebiasaannya kemudian berkolaborasi dengan sifat alamiah ada pada dirinya sebagai sorang perempuan yakni penyayang. Menurutku hasil kolaborasi inilah yang menarik dari mereka. Ya, si tomboy memiliki rasa tanggung jawab untuk melindungi teman yang dianggap tidak lebih mampu darinya (feminim).
Aku memiliki banyak teman tomboy. Sosok yang tampaknya lebih menyebalkan dari wanita pada umumnya, waktu SMP aku menggelari mereka makhluk aneh. Tapi tak lama, tidak sampai 1 tahun. Marni dan Anjar berhasil mengubah persepsiku tentang perempuaan tomboy. Mereka menyenangkan. Kedua gadis tomboy ini adalah sahabat yang baik, setia, dan sabar. Terserah kalian ingin sepakat atau tidak menurutku mereka SABAR karena mereka betah berteman denganku yang memiliki karakter yang bertolak belakang dengan si tomboy.
Ya, aku bisa dikatagorikan sebagai wanita feminim.
Teman tipe tomboy sangat pandai mengondisikan sikapnya kapan dia harus tegas mengatasi manjanya seseorang karena mengandalkan status kewanitaannya, walau demikian bukan berarti kita tidak bisa manja kepada oarang tomboy karena mereka memiliki jiwa perlindungan terhadap orang yang dekat dengannya dan dia kapan harus melindungi, membantu tanpa perlu dimintai mereka bertindak sebagai orang yang mampu membantu mengatasi kendala atau masalah yang dihadapi.
Tidak hanya Marni dan Anjar, saat SMA aku juga menemukan Yani. Sebenarnya sudah lama aku kenal dengannya tapi tidak kenal dekat, pasalnya waktu SMP kami tidak satu kelas atau pun organisasi. Yani juga menyenangkan dan mengayomi. Penampilannya, tingkah lakunya, tenaganya nyaris 100% mirip dengan laki-laki tapi hatinya Hello Kitty lembut seperti sutra.
Ketika kuliah aku kembali dipertemukan sosok perempuan tomboy, Qori dan Anggi mereka tak jauh berbeda dengan Marni, Anjar dan Yani. Tidak perlu ada pengorientasian karakter diantara kami agar kami bisa akur dan dekat yang diperlukan hanyalah pembiasaan mengenal dan memahaminya. Namun perubahan akibat saling mempengaruhi tidak dapat dihindarkan. Banyak hal yang kupelajari dari perempuan tomboy, yakni, jangan memvonis diri sendiri untuk tidak mampu melakukan suatu hal dengan mengandalkan kodratnya sebagai wanita tanpa pernah mencoba.
Punggur Kecil, 28 Januari 2018