Oleh: Yusriadi
Teluk Batam pagi ini terlihat indah. Matahari sebulat nampan menyibak embun di puncak bukit kecil di ujung pemandangan searah Pulau Gelanggang. Pohon hijau keabuan mengapit arus sungai yang bergerak perlahan. Angin berhembus menggerakan permukaan sungai. Taksi atau kapal motor yang biasanya menggerakkan hamparan luas gelap masih tertambat di dermaga.
Di kejauhan, suara mesin motor terdengar mendentum teratur. Tapi tak nampak pun bayangannya.
Saya memang mengintai sunrise di sini. Setelah siang melanglang menemui orang. Ada rasa rindu alam. Mengusir penat dan hiruk pikuk Pontianak.
Saya menunggu rona kemerahan menampakkan diri di antara awan di arah timur, ke arah Karawang. Saya siap dengan kamera hape mencari moment terbaik.
Angka jam terus bergerak dari pukul 05.20 dan seterusnya. Bergerak seiring gerakan galaksi ciptaan Allah yang perlahan-lahan.
Matahari kini sudah setonggak. Terus bergerak naik menerangkan alam. Kelak pukul 7.40 sudah terasa menyengat dan tak bersahabat dengan kulit.
Semakin banyak orang yang terlihat di atas sungai dan dermaga. Mempersiapkan diri menyambut pelintas dan musafir yang singgah.
Berangsur menunjukkan wajah siang mengganti malam. Wajah yang tidak lagi sama. Wajah yang memasamkan rasa. (*)