Oleh: Mita Hairani
“Pegi ke taman Polnep yok,” ajak Novie setelah aku membalas wa-nya bahwa aku punya waktu free ba’da Ashar hingga sebelum Maghrib. Aku pun mengiyakan ajakannya. Hal ini karena kami memang belum pernah pergi ke sana dan ketika kami lewat di jalan depan Polnep kami dapat melihat taman dekat Polnep sangat berbeda. Tampak unik, indah, dan menarik untuk dikunjungi. Karena selama ini kami belum sempat mengunjunginya, maka nenurutku ini momen yang tepat untuk berkunjung.
Kami parkir di depan taman dan disambut dengan bulatan besar warna warni yang tampaknya menjadi ikon taman ini. Sore ini pengunjung sangat ramai, mungkin mencapai ratusan orang. Ketika masuk, kami dapat melihat bidak catur lengkap yang sangat besar. Panjangnya sekitar lebih dari satu meter. Bidak- bidak tersebut dikelilingi oleh bulatan besar warna-warni sama dengan bulatan yang kami lihat di depan pintu masuk.
Bidak catur raksasa dan bulatan tersebut tampaknya menjadi spot favorite para pengunjung untuk selfie. Ya, budaya selfie memang sudah mengakar pada remaja zaman now, apalagi apabila mereka menemukan spot menarik untuk mengambil gambar. Namun, bukan cuma remaja zaman now. Ada juga orang-orang yang sudah berumur ikut selfie dan foto bersama layaknya anak muda.
“Ala Novie, Mita minder rasenya,” ujarku setengah berbisik kepada Novie.
Aku mengatakan itu setelah melihat hampir semua orang yang datang di taman ini berpakaian modis terutama sekali gadis-gadis seperti kami. Setelah aku mengatakan itu Novie segera melirik pakaiannya.
” Novie lebeh gik nah, tapi Novie biase yak,” ujarnya sembari melirik pakaiannya.
” Oh ye ye Novie. This is us, “balasku sembari berjalan dengan percaya diri.
Lagipula mereka tidak terlalu memperhatikan. Setelah mengambil gambar, kami singgah sebentar di sebuah bangunan kecil yang didominasi warna hijau. Ternyata itu adalah perpustakaan digital Polnep.
Ini pertama kalinya aku melihat perpustakaan digital, dan aku menaruh harapan besar padanya. Dengan begini tentunya mengerjakan tugas kuliah akan lebih mudah. Kami tidak akan terlalu kerepotan lagi apabila tugas menumpuk. Kami dapat mencari bahan di sini sembari menikmati pemandangan yang indah dan bersantai ria.
Di dekat pintu aku dapat melihat batu berukir. Di sana tertulis bahwa perpustakaan ini telah diresmikan bulan Februari 2017. Wah ternyata ini sudah berdiri sekitar 1 tahun, dan aku baru tahu sekarang? Benar- benar kudet.
Sebelum masuk kami harus mengisi buku tamu terlebih dahulu, kemudian meletakkan tas di rak yang telah disediakan. Anehnya di antara pengunjung yang ramai sekali, tak ada satupun orang yang berkunjung disini, hanya seorang penjaga yang duduk santai di dekat komputer sembari memainkan smartphonenya. Itulah yang membuat kami ragu untuk masuk tadi.
Di ruangan ini tidak tersedia satu buku pun, tentu saja. Komputer di gedung ini cukup besar dan berjumlah 8 PC. Untuk memainkannya kami harus duduk di karpet karena memang tidak disediakan kursi. Sayangnya, koleksi buku di perpustakaan digital ini sangat minin. Masih banyak kategori yang stoknya kosong. Padahal ruangannya sudah cukup nyaman. Tapi karena koleksi buku uang tidak banyak, kami memutuskan untuk kembali berkeliling taman sebelum akhirnya pulang. (*)