Oleh: Agung Yuliansyah
Hari ini, tanggal 10 Januari 2018, mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir kelas B mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh kampus, sebagai tanda berakhirnya proses belajar mengajar. Suasana ujian akhir menegangkan, dapat terlihat dari raut wajah para mahasiswa yang kaku.
Ujian pun dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan pengawas Pak Yusriadi, dosen pengampu mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah itu sendiri. Soal yang disajikan bagi saya pun cukup mudah. Karena soal tidak melenceng dari apa yang telah diajarkan kepada mahasiswa. Dan beberapa mahasiswa terlihat cukup percaya diri terhadap ujian tersebut.
Namun yang menjadi persoalan adalah, apa follow upnya? Bagaimana kita memaknai ujian tersebut? Pak Yus pernah bilang, bahwa “Ujian jangan dianggap sebagai ujian, karena itu akan memberatkan kita”.
Banyak sekali mahasiswa yang lebih fokus menyelesaikan ujian tersebut ketimbang memaknai makna di balik ujian itu. Saya lebih memaknai ujian akhir ini sebagai permulaan dari segalanya. Bahwa, ujian akhir ini sebagai tanda bahwa para mahasiswa telah siap untuk menulis karya ilmiah. Mahasiswa memang tugasnya demikian, yaitu akan selalu berhadapan dengan yang namanya karya tulis ilmiah. Mulai dari makalah, essay, skripsi, thesis, disertasi, penelitian, jurnal, dan lain – lain.
Ujian bukanlah akhir. Karena setelah ini kami akan dibebankan untuk menulis karya ilmiah dengan penulisan yang baik dan benar. Inilah bentuk follow up tersebut. Bahwa beban akademik tergantung di pundak kami. Tapi, kembali lagi ke persepsi, bagaimana cara memaknai beban akademik itu?
Memang inilah tugas kami sebagai mahasiswa, sebagai kelompok akademisi untuk selalu produktif berkarya di bidang kami masing – masing. Pak Yusriadi telah mengajarkan kepada kami, bahwa sebagai mahasiswa, akademisi, dan masyarakat, harus menjadi masyarakat yang produktif dalam berkarya. Semua itu dengan harapan agar kami, para mahasiswa tidak hanya menjadi sarjana dalam gelar kami saja, melainkan sarjana dalam peradaban Islam di Kalimantan Barat. Beban inilah yang menunggu kami di masa depan, yang menjadi tanggung jawab kami kepada masyarakat. Dan tidak lupa pula, menjadi harapan dari dosen kami kepada kami. Mahasiswa adalah agen perubahan. Dan salah satu cara menjadi agen perubahan tersebut adalah dengan produktif menulis karya.
Inilah sebagai bentuk partisipasi kami, para mahasiswa. Sebagai golongan akademisi di ranah lingkup kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Kalimantan Barat tercinta ini. Bentuk pengabdian kami kepada masyarakat Kalimantan Barat yang kami cintai ini. Sebagai sarjana Tafsir Alquran, sebagai mahasiswa, sebagai agen perubahan. (CM/IAT)