Oleh: Haddad Rahimi
Rabu, 10 Januari 2018, saya mengikuti ujian akhir semester mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah. Ada tiga soal yang diberikan, dan masing-masing soal memiliki nilainya sendiri. Soal pertama mengenai pengertian penulisan karya ilmiah. Soal yang kedua, tentang tema makalah tafsir dan alasan mengapa memilih tema tersebut. Dan soal yang terakhir, diperintahkan untuk membuat karya ilmiah populer tentang ujian akhir ini. Walaupun soal-soal yang diberian tidak terlalu sulit, namun saya harus mengerjakannya dengan serius, tanpa ada rasa meremehkan sedikitpun. Karena, jika kita meremehkan atau menggampangkan sesuatu, maka hal tersebut akan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.
Mengenai suasana ujian, alhamdulillah, terlihat sangat kondusif. Saya dan teman-teman fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Walau terkadang, saya bercanda-bercanda sedikit, dengan teman di sebelah kanan saya, Guntur.
Sejujurnya, saya sangat takut dengan ujian ini, khususnya Penulisan Karya Ilmiah. Tetapi ada dasarnya, semua mata kuliah sama, asalkan kita mendengarkan apa yang disampaikan oeh dosen, dan belajar, insyaAllah, ujian akan mudah untuk dilewati.
Dosen saya pernah berkata, “Jika ujian kalian anggap ujian, maka akan terasa seperti ujian, tapi kalau dianggap tidak seperti ujian, maka tidak terasa seperti ujian”. Maknanya, jangan menganggap sesuatu itu sulit, karena pasti akan menyulitkan. Sebaliknya, anggaplah sesuatu itu mudah, maka akan terasa sangat mudah, tetapi bukan berarti meremehkannya.
Prediksi saya mengenai suasana ujian rupanya tak tepat. Saya memprediksikan suasananya akan tegang. Rupanya tidak. Ujian terasa seperti biasa, tak ada ketegangan. Meskipun juga akan tegang, menunggu hasil dari ujian ini. Mengapa saya memprediksikan demikian. Karena, jumlah kehadiran, Mid, dan tugas saya baru 56, artinya saya harus mendapatkan nilai minimal 15 agar mendapatkan nilai “B”. Dan maksimalnya saya harus mendapatkan nilai 25 agar jumlahnya 81, dan mendapatkan nilai “A”.
Terlepas dari itu, nilai bukanlah hal yang terpenting. Dosen saya pernah berkata, “Jika kalian mendapatkan nilai “A”, apa isi dari “A” tersebut?”. Artinya tidak peduli berapa pun nilai yang didapat, asalkan nilai tersebut dapat dipertanggungjawabkan, serta bermanfaat bagi diri pribadi, lebih-lebih bermanfaat bagi orang lain. Sebaliknya, percuma mendapatkan nilai yang sempurna, tetapi dari hasil yang tak baik, dan tak bisa dipertanggung jawabkan.
Akhirnya, mudah-mudahan hasil yang saya peroleh adalah hasil yang terbaik. Hasil yang dapat saya pertanggungjawabkan. Dan mudah-mudahan, ilmu yang saya peroleh dari mata kuliah Penulisan Karya Ilmiah berkah, bermanfaat dunia dan akhirat. Aamiin. Dan tentunya, mudah-mudahan apa yang telah disampaikan oleh dosen-dosen saya bermanfaat, serta menjadi amal jariyah untuk mereka. Aamiin. (CM/IAT)