Oleh: Era Anggini
Kabar gembira untuk kita semua bahwasanya jutaan manusia baru menyadari literasi sangat berperan penting dalam lingkup kehidupan di dunia. Ketika Gutenberg pada abad pertengahan di Eropa menciptakan mesin cetak, sejak itu buku, sebagai sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan, menjadi mudah diperoleh karena dapat diproduksi dalam jumlah berganda. Dengan demikian, akses pada pengetahuan dan ilmu pengetahuan menjadi terbuka lebar melalui buku.
Kita memang bergembira sekarang ini sudah semakin mudah memperoleh buku-buku untuk menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan kita. Akan tetapi, kita pun sepatutnya prihatin bahwa karangan asli penulis kita sendiri masih terbatas jumlahnya sehingga para mahasiswa dan cendekiawan termasuk kita-kita sendiri masih harus banyak mengandalkan pada buku-buku asing. Memang pengetahuan tidak dibatasi oleh tapal batas negara, tetapi untuk kepentingan bangsa kita sendiri, perlu pula penulisan-penulisan yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.
Selaku salah satu mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sangat penting agaknya saya untuk mengatakan bahwa literasi ini sangat penting bagi kalangan para akademisi. Di dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Marie Lenstrup, ia mengatakan “All academics, by the nature of modern academe, must be both authors and readers.” (Semua akademisi, karena watak akademiknya, haruslah menjadi pengarang dan pembaca sekaligus). Nampaknya pernyataan ini memang menarik dan relevan dibincangkan dalam konteks akademisi di negeri ini.
Dengan adanya club menulis di IAIN Pontianak, terbuka pintu yang sangat luas untuk para mahasiswa yang ingin menyalurkan minat dan bakatnya perihal tulis-menulis. Club yang sudah berdiri selama hampir 10 tahun ini, bergerak sangat cepat dan sangat produktif untuk menghasilkan karya-karya luar biasa. Akhir tahun ini, pada 31 Desember 2019 anggota club menulis melaunching sebanyak 13 buku. Launching buku adalah suatu kebudayaan yang tidak boleh hilang dari club tersebut. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dr. Hermansyah, selaku pendiri Club Menulis IAIN Pontianak, Suyati, S.Ag selaku Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Biro Administrasi Umum Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Pontianak, Anwari, S.Pd.I selaku perwakilan dari Perpustakaan IAIN Pontianak, dan Farninda Aditya selaku pembina Club Menulis IAIN Pontianak.
Terkesan sederhana, namun penuh makna. Itu yang dapat saya katakan dan gambarkan mengenai kegiatan launching buku kemarin. Meskipun saya adalah anggota baru disana, tapi saya merasa sudah seperti keluarga kedua. Teringat akan pesan pak Dr. Hermansyah saat memberi kata sambutan yang notabenenya jatuh kepada kegiatan berbincang-bincang, ia mengatakan saat mendirikan Club Menulis tahun 2010 silam, ia berkeinginan bahwa club akademik menjadi penunjang bagi kompetensi mahasiswa. Saat selesai dari masa pendidikan, alumni memiliki keterampilan yang tak sedekar kompetensi ijazah. Tidak semestinya, tarbiyah bergelut di tarbiyah, dakwah di dakwah, ekonomi di ekonomi, dan syariah di syariah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada seluruh pemerhati, pembimbing, dan para mentor yang sudah mau membangun budaya literasi di kampus tercinta ini. Bukankah buku itu salah satu bagian dari ilmu, dan ilmu itu adalah cahaya seperti yang diungkapkan dalam pepatah Arabnya al-‘ilm nurun. Dengan cahaya tersebut, manusia akan tercerahkan dan bermetamorfosa menjadi lebih baik kedepannya. Menjadi manusia tercerahkan yang siap mencerahkan manusia lain segenerasi maupun manusia lain dari generasi berikutnya. Aamiin.