Urgensi Membaca di Kalangan Mahasiswa

5 Min Read

Oleh: Juharis

Membaca erat kaitannya dengan kadar intelektual seseorang, kita perhatikan orang-orang sukses di dunia rata-rata kebiasaan mereka adalah membaca. Presiden Amerika Serikat, Obama, setiap harinya selalu membaca koran bersama segelas kopi yang menghangatkan dan menambah sensasi pagi yang menyenangkan.

Membaca adalah kebutuhan seseorang, terlebih seorang mahasiswa, barangkali sebagian dari mahasiswa minat baca mereka kurang, akan tetapi karena status yang disandang adalah mahasiswa maka membaca menjadi sebuah tuntutan, mau tidak mau membaca harus dijadikan kebiasaan. Jika tidak, mahasiswa akan jauh ketinggalan informasi-informasi penting terkait perkembangan zaman terlebih informasi perihal disiplin ilmu yang mereka geluti.

“Seorang pembaca belum tentu penulis, tapi seorang penulis sudah tentu pembaca.” Ini merupakan ungkapan yang menarik, karena menunjukkan urgensi dari membaca. Dalam proses menulis, tentu seorang penulis harus cekatan dalam membaca situasi dan kondisi zaman. Apalagi di zaman sekarang ini dikatakan zaman generasi millenial, generasi yang sangat fasih teknologi. Kita temukan banyak berita-berita hoax atau palsu beredar di tengah masyarakat, parahnya berita tersebut kemudian dianggap benar oleh orang-orang awam yang tidak bertanggung jawab, sehingga timbullah fitnah dimana-mana. Persoalan seperti ini harus segera dicegat keberadaannya karena dapat merusak moralitas bangsa.

Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan studi “Most Literate Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia tercatat sebagai negara peringkat kedua membaca dari bawah, suatu hal yang membuat kening mengerut. Indonesia berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bosnia (61).

Kemudian seperti yang diungkapkan Najwa Shihab selaku duta baca Indonesia 2016-2020, “kita adalah sebuah bangsa besar, jika tanpa budaya literasi hanya akan menjadikan bangsa ini berkelas teri, pencaki maki, mudah terprovokasi, tanpa keluasan hati dan imajinasi.”

Perkara yang sangat miris, bangsa besar semacam Indonesia justru miskin literasi, miskin kemampuan baca tulisnya. Tidak sampai di situ saja, Najwa Shihab kemudian mengatakan, dari data yang ia dapatkan “persentase Indonesia di dunia baca adalah 0,001 %.” Ini berarti dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang saja yang membaca.

Data di atas memberikan pemahaman terhadap kita bahwa Indonesia merupakan negara yang malas membaca, padahal seperti yang kita ketahui membaca memberikan banyak sekali manfaat terhadap kapasitas kecerdasan. Sebagaimana diungkapkan Sunindyo (1976: 2), ia mengatakan bahwa membaca sangat bermanfaat karena: dapat mengisi waktu luang dengan kesibukan yang berguna, menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan hobi, olahraga, dan seni yang sesuai dengan keperluannya sendiri, dapat mengembangkan watak dan perilaku yang baik, serta memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan yang ada dalam masyarakat.

Pernyataan Sunindyo tersebut jelas membuktikan bahwa membaca bukanlah perkara membuang waktu semata, akan tetapi banyak manfaat yang dapat kita ambil dari membaca.

Oleh karena itu, mari gerakkan hati kita untuk mulai mencintai buku. Lantas bagaimana caranya menumbuhkan minat baca dalam diri sendiri? Apakah mungkin seseorang yang sama sekali tidak menyukai membaca bisa menjadi gemar membaca? Mungkin itu sederet pertanyaan yang terlintas di benak kita.

Yazid bin Abdul Qadir Jawaz dalam bukunya “Waktumu Dihabiskan untuk Apa?” memberikan beberapa tips untuk bisa semangat dan gemar membaca: Pertama, Konsentrasi saat membaca. Berkonsentrasi saat membaca akan memudahkan kita untuk memahami inti dari sebuah buku, dari pemahaman itulah ilmu baru terserap dan kita pun semakin giat membaca.

Kedua, Pengamalan terhadap apa yang dibaca. Mengamalkan segala ilmu yang didapat lewat membaca menjadikan ilmu tersebut melekat kuat dalam ingatan, siapakah kiranya yang tidak semangat ketika ilmu masih segar dalam ingatannya.

Ketiga, membaca materi yang disukai. Mulailah membaca buku-buku yang menarik menurut anda sendiri, dan pastikan anda jatuh cinta dengan buku itu. Maka dapat dipastikan anda akan betah membacanya dan minat baca mulai tumbuh.

Keempat, memilih waktu yang tepat. Pilihlah waktu yang menurut anda sesuai untuk membaca dan kondisikan suasana yang nyaman. Kelima, Berdoa. Ini yang tidak boleh ketinggalan, usaha untuk menumbuhkan minat baca akan semakin kuat tatkala ditambah doa kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Mudah-mudahan kita semakin semangat dalam membaca, mulailah dari sekarang dengan perlahan dan sedikit demi sedikit, karena amalan yang paling dicintai adalah amalan yang berkesinambungan walaupun sedikit.


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article