By: Anshari Dimyati
Ketua Yayasan Sultan Hamid II
Tak terasa sudah 20 tahun Yayasan Sultan Hamid II berjuang untuk mengungkap kebenaran, dan meluruskan mata rantai sejarah yang terputus, di Indonesia. Sejak pertama kali kami adakan Seminar & Pameran Sejarah Lambang Negara Garuda Pancasila, di Istana Kadriah Kesultanan Pontianak dan Hotel Kapuas Palace pada tahun 2000, dahulu.
Sampai dengan begitu banyak sekali agenda kegiatan dan sosialisasi hasil riset serta narasi dalam perspektif kami, yang kami lakukan bertahun-tahun sesudah itu. Sampai dengan sekarang. Semuanya sudah kami jabarkan secara rinci pada Seminar Nasional, tempo hari lalu.
Kini sudah tahun 2020. Kami tetap terus bergerak maju! Tak lelah dan tak bosan untuk berusaha menyambung putusnya sejarah itu. Keadilan adalah hak semua orang, hak semua anak bangsa. Bila dihitung berat dengan timbangan, maka dapat kita lihat bahwa Sultan Hamid II begitu berjasa sebagai orang yang menorehkan tinta emas perjuangan persatuan bangsa.
Memang, kita tak dapat menafikan sisi negatif seseorang sebagai manusia. Tak ada yang sempurna. Namun, kita harus mengubur dalam-dalam segala macam bentuk keburukan. Mengangkat semua kebaikan! Bukankah kita diajarkan untuk bicara yang baik-baik? Itu semua termaktub di dalam nilai-nilai moral Pancasila. Kita harus berdamai dengan sejarah masa lalu. Kalau tak mau retak perbedaan, kian renggang. Bukankah persatuan itu, sebagai komitmen bersama, harus kita kedepankan? Maka konsekuensinya bahwa kita tak boleh punya dendam. Buang jauh semua tindak tanduk dan watak buruk.
Itu hanya akan merugikan generasi kita, bahkan putra bangsa generasi yang menggantikan kita. Saya hanya manusia dari kampung, gerbang batas kota di Pontianak Timur sana. Yang ingin agar keadilan itu nyata dapat kita rasakan bersama. Bagaimana kita patut meninggalkan legacy (warisan) yang baik untuk anak cucu kita. Maka, kami terus teriak agar mereka mendengarkan. Sebelum sikap adil itu dibentangkan di hadapan kita, secara bersama-sama pula.
Pemerintah merupakan induk kebijakan, yang melakukan formulasi dan arah konstruksi hukum dan politik masa depan. Maka, salah besar kalau putusan-putusan kebijakan yang dibuatnya, akan mencatat kebaikan hanya dalam sudut pandangnya saja. Kebaikan milik semua orang, tapi sedikit orang yang barangkali berdiri, bersama terang benderang kebenaran.
Akhirnya, kita semua bukan seseorang bak lembar kertas putih tanpa catatan hitam. Kita semua pernah salah, pernah cacat, bahkan terjelabak dalam lumpur keburukan. Semua pahlawan kita bukan manusia sempurna. Tapi kebaikan-kebaikan pikiran, tingkah laku, karya, dan perbuatan positifnya yang patut kita junjung tinggi untuk kita hargai bersama. Dalam hal itulah membuat peradaban kita, semua terus bergerak maju, melangkah bersatu padu. Menjadikan kita bangsa yang berkemajuan, bangsa yang berkeadaban.
Tentu dengan melakukan rekonsiliasi bangsa, merekonstruksi sejarah bangsa, dan meresolusi semua keadaan yang ada, semua akan berhasil dilakukan.
Kami akan terus teriak lantang. Baik sebagai kolega yang terus bergairah mengkritisi kebijakan, maupun pendukung putusan-putusan yang membawa kebaikan, kemaslahatan, dan keadilan.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia sebagai peserta Seminar Nasional kemarin, dalam rangka DPR-MPR RI Menyerap Aspirasi Pengusulan SULTAN HAMID II sebagai Pahlawan Nasional. Dengan Tema “Quo Vadis Makna Kepahlawanan di Indonesia: Mengukuhkan Keindonesiaan Melalui Pengusulan Sultan Hamid II sebagai Pahlawan Nasional”, pada: Hari Sabtu, 11 Juli 2020, Pukul 09.00 WIB – Selesai, bertempat di Kalimantan Ballroom Hotel Aston Pontianak (dengan mnggunakan Masker & Protokol Covid-19) dan dengan menggunakan Aplikasi ZOOM Meeting & Streaming di teraju id Youtube Channel.
Kami ucapkan terima kasih pula, atas apresiasi masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat, & Indonesia. Baik yang berdiri bersama dan mendukung kami dalam memperjuangkan keadilan ini. Maupun terhadap pihak yang menentang keras dan menolak bahwa Sultan Hamid II adalah seorang Pahlawan Bangsa.
Salam hangat dan hormat kami, Yayasan Sultan Hamid II, kepada semua generasi bangsa. Kini maupun yang akan datang.
Pontianak, 13 Juli 2020.
Yayasan Sultan Hamid II.