in

Kawanku Kanker

2021 ini, akan menjadi tahun ke 10 aku menjalani hidup sebagai penyintas kanker

Yasmin Umar
Foto: Saat mengambil darah di RSUD Agusjam, 2 pekan lalu, buat famili yang akan Transfusi

Oleh: Yasmin Umar

12 Januari 2012 silam, aku menjalani operasi kanker lidah di RS Dharmais Jakarta. Mungkin, detik rangkaian kalimat ini aku tulis, 9 tahun silam dokter bedah ongkologi DR Ramadhan, sedang membuang 15 persen lidahku , dan menyayat leher untuk melihat apakah si kanker sudah masuk ke getah bening. Alhamdulillah tidak. Dan aku baru tersadar saat azan isya mengalun dari masjid di kampung belakang Darmais. Kulihat beberapa slang masih terpasang di mulut, hidung dan tentu infus di lengan.

Pasca operasi hanya 4 hari menjalani pemulihan, dan cabut dengan kereta menuju Bandung menuju rumah sepupu. Dengan slang untuk menyuntikkan asupan nutrisi masih terpasang di hidung. aku didampingi adikku.

Pengobatan panjang dan menguras kesabaran, baru terjadi 2 Minggu kemudian. Saat menjalani radiasi. Sebanyak 25 kali. Senin – Jumat . Sehingga memerlukan waktu 8 Minggu. Karena ada beberapa hari radiasi ditunda karena HB ku drop. Gara gara kecapean keluyuran keliling Jakarta , saat anakku datang dari Pontianak , membezukku. Perlu waktu 3 hari untuk memulihkan HB yang drop . Aku menjalani pengobatan,Konsul ulang dan rehabilitasi – termasuk latihan bicara. Total 6 bulan aku berada di Jakarta tanpa pulang ke Kalimantan sekalipun.

Pengobatan kanker pada 10 tahun lalu tersebut, umumnya operasi, radiasi dan kemoterapi. Aku karena operasi saat stadium 2 B dan belum menjalar ke getah bening , jadi hanya perlu radiasi. Untuk membunuh kemungkinan adanya jaringan di sekitar lidah. Effek radiasi yang menggunakan laser ini, mukaku menghitam seperti terbakar, tapi, tanpa ada rasa sakit yang timbulkan.

Begitupun saat menjalani proses radiasi, dimana wajah kita masuk ke dalam mesin/ tabung dalam posisi berbaring ( mesinnya seperti CT Scand), juga tidak merasakan apa apa, dan muka dilapisi topeng yang dibuat khusus spesial untuk pasien tsb.

Nah, effek dari radiasi ini, yang menimbulkan masalah. Karena dilakukan di bagian muka / kepala , Radiasi menyebabkan sumur /sumber air ludah berhenti beroperasi, sehingga mulut tanpa ludah ,kering. Lalu sepekan kemudian muncullah sariawan mulai dari bibir hingga tenggorokan , yang menyebabkan air putih yang masuk saja terasa perih.

Ini masa- masa tersulitku, sariawan selama nyaris 2 bulan. Sementara nutrisi yang masuk terbatas, tentu sangat lemah.

Aku menyiasatinya dengan meminum telur yang direbut kilat nyaris mentah. Telur dengan nutrisinya lengkap dan berlendir Karen a nyaris mentah itu, lebih mudah melewati mulut dan tenggorokan. Selain telur aku juga mengkonsumsi bekatul/ menir Beta yg gizinya baik dan jika ditanak rada berlendir. Dan untungya saat itu telah ada susu khusus untuk pasien kanker yang mengalami kesulitan makan. nutrican.

Selain itu, menjaga semangat hidup dan kemauan menjalani pengobatan tak bisa diabaikan. Mengelola stress, aku melakukannya dengan menikmati musik dan mendengarkan siaran radio Jakarta yang beragam. Tentu, juga membaca buku apa saja, sambil berolahraga ringan dan rekreasi.

Aku merasa beruntung, cepat memutuskan operasi saat satu bulan setengah , begitu mendapatkan vonis kanker.

Banyak pasien kanker yang kutemui di RS Dharmais, memutuskan menjangkau pengobatan medis saat stadium 3 atau 4,.dimana kondisi umum sudah begitu lemah.

Jadi, jika divonis kanker , saranku segera jangkau pengobatan medis. Jangan ditunda. Apalagi sekarang sebagian besar pengobatan kanker ditanggung BPJS.

Menjalani 9 tahun sebagai orang dengan kanker. 6 tahun terakhir ini aku sudah dapat menjalani kehidupan yang normal. Aktivitas apapun dapat ku lakukan untuk orang seusiaku 56 tahun. Bahkan 2 tahun terakhir aku dapat aktif sebagai penggiat media sosial berbasis jurnalistik. Profesi yang sebelumnya ku tekuni. Berada di lapangan bersama jurnalis yunior , pun dapat sama tangkasnya😀.

Aku juga tak mempunyai hambatan untuk melakukan traveling, terutama untuk menjumpai anak menantuku di Jakarta atau memacu motor dengan kecepatan 60-80 KM/jam menuju Sukadana, yang setidaknya tiap 2 bulan ku jalani karena tugas sebagai Dewan pengawas Radio Kayong Utara.

Kalau ada yang belum terwujud adalah keinginanku untuk membuat yayasan kanker dengan fokus mengedukasi masyarakat, agar tak takut menjalani pengobatan dan menghadapi kanker.

Kanker bukan akhir dari segalanya . Dengan kanker kita dapat lebih sehat dan menjalani kehidupan ke 2.❤️ (12/1/21)(Penulis adalah jurnalis senior Kalbar mantan Pimred Pontianak Post. Kini menetap di Ketapang)

Written by teraju.id

IMG 20210111 WA0040

Disnakertrans Kalbar Bantu Hak Naker Korban SJ-182

sirajul islam

Dua Dzulkarnain