Oleh: Nur Iskandar
Saya pelaku usaha. Saya merasakan platform digital bagaikan malaikat penolong. Ia meringkas jarak yang jauh menjadi dekat. Ia memudahkan sekali. Teramat sangat. Secara ekonomi pasar terbuka tanpa sekat. Misalnya saya menjual tanah kavlingan. Lempar saja luasnya berapa, ada di posisi mana, harganya berapa. Ada saja mata netizen yang kini rerata penduduk dunia “melek” Ha-Pe dan internet. Maka tawar menawar pun terjadi. Terjadi secara langsung.
Kalau dulu jual beli lewat perantara, maka keuntungan mesti dibagi, kali ini tidak harus begitu lagi. Bisa langsung transaksi. Di sini bahasa memegang peranan penting. Makin banyak bahasa daerah atau dunia kita kuasai, transaksi makin mudah dan teroercaya lagi. Begitupula dengan UMKM. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang varian usahanya bermacam-ragam.
Kalau dulu saya menjual tanah kavlingan dan perumahan, nilai berbagi dengan para calok bisa jutaan rupiah, puluhan juta rupiah, bahkan pernah menembus angka di atas 100-an juta rupiah, maka akhir-akhir ini dengan platform elektronik-survey dan transaksi, 100 persen masuk ke kantong.
Tidaklah salah jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku Presiden Joko Widodo ( Jokowi) pagi-pagi tadi menghubunginya, Rabu, 22/7/2020. Apa yang dibahas? Menurut Luhut dirinya diingatkan Presiden agar di platform digital tidak ada barang- barang impor yang diperjualbelikan.
Kata LBP, Presiden Jokowi telepon mengingatkan jangan sampai barang yang dijual di situ (platform digital) adalah barang yang diimpor. Pasalnya, di dalam platform digital masih ada barang-barang impor yang dipasarkan.
Jokowi lanjut LBP dalam ekspose kompas.com menginginkan platform digital RI diperuntukkan bagi pemasaran produk-produk UMKM. Karena ada data 20 persen peningkatan impor barang-barang konsumtif. Nah, melalui Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) ada potensi peningkatan pemasaran produk UMKM hingga 18 kali lipat hingga akhir tahun bila melalui platform digital.
Seperti dilansir berita-berita online, penjualan di platform digital meningkat hingga 8 kali bahkan akan bertambah hingga 18 kali lipat hingga akhir tahun ini.
Saya mungkin 1 dari 1 juta UMKM yang masuk dalam ekosistem digital. Walaupun saya tidak ada pinjaman di luar sistem syariah, tapi total pinjaman senilai Rp 4,2 triliun yang akan disalurkan cukup besar dan bisa mengerek ekonomi bangsa di tengah pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Apalagi fasilitas pinjaman tersebut bisa bertambah.
Dapat dibayangkan jika pertumbuhan ekonomi UMKM bisa seturut pengalaman saya yang merasa betul ada peningkatan 8-18 kali lipat itu. Maka secara linier dapat kita yakini optimisme kesehatan ekonomi negeri ini. Masalahnya adalah bagaimana agar 1 juta pelaku UMKM itu melek digital sesunguhnya. Tidak hanya bermain medsos untuk haha-hihi, tapi membangun jejaring alias networking. Sebab jejaring itu adalah kekuatan. Networking is a power. *