* Ikut Andil Bangun Kalbar, Ketua pertama IKWI Kalbar
* Catatan Syafaruddin Usman MHD
Jelang pergantian hari, Sabtu 23 Maret, pada pukul 00 WIB, di Jakarta, dalam usia senja dengan penuh ketenangan dan bahagia, Hajah Siti Khadijah berpulang ke rahmat Allah.
Innalillahi waina Ilaihirajiun. Kalimantan Barat kembali kehilangan seorang saksi perjalanan sebuah sejarah daerah ini.
Istri dari Almarhum H Uray Aliaswat Saleh ini, sosok profil ini belum banyak diketahui luas. Sesungguhnya almarhumah dapat dimasukkan dalam jajaran tokoh terkemuka Kalbar pada masanya.
Sebagaimana sang suami, Aliaswat Saleh, politisi gaek jurnalis kawakan dan praktisi bisnis sukses pada zamannya, Hajah Siti Khadijah adalah figur yang menyertai dan selalu mendampingi.
Ketenaran dan pencapaian sukses seorang suami, tak menapikan adanya sosok istri yang menyertai. Tak kecuali pasangan yang langgeng hingga akhir hayatnya ini.
Tercatat, Siti Khadijah adalah orang pertama mengetuai Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia, IKWI, Kalimantan Barat tahun 1956 hingga 1980-an. Saat itu sang suami yang tokoh pluralis Kalbar ini adalah pendiri dan pimpinan pertama LKBN Antara Pontianak.
Disamping itu, Aliaswat dan sang adik kandung H Ibrahim Saleh, adalah pendiri dan pimpinan surat-surat kabar “bergigi tajam” dengan kritikan positifnya, masing-masing koran Suasana, Pembangunan dan terakhir bernama Api Pantjasila.
Selama sang suami menekuni dunia jurnalistik, meski diketahui Aliaswat adalah alumni sekolah pamong bestuur di Makassar seangkatan AA Baramuli dan Bausat, namun lebih kentara sebagai tokoh Kalbar yang sangat kritis dan idealis.
Hajah Siti Khadijah dengan latar belakang sebagai praktisi pendidik, kurun tahun 1950-an hingga 1970-an turut bergelut di dunia pers Kalbar. Mendampingi sang suami selaku pimpinan usaha dari koran-koran milik mereka.
Alih-alih turut jatuh cinta pada dunia pers, almarhumah juga ikut andil dan meski tak terlalu aktif, namun tercatat sebagaj pengelola SPS, Serikat Penerbit Suratkabar Kalimantan Barat.
Bersama Ibrahim Saleh, Aliaswat Saleh, Basrin Nourbustan, Sukirdi Hartopartono dan Basri HZ, semuanya sudah almarhum, Siti Khadijah di tahun 1970-an menemui Gubernur Kalbar Kolonel Kadarusno.
Pertemuan mereka menghasilkan kesepakatan, Pemda Kalbar ketika itu menghibahkan dan membangun gedung permanen untuk aktifitas PWI Kalbar.
Dan kembali Siti Khadijah diminta memimpin IKWI Kalbar.
Selama kurun aktifitasnya itu, perhatian untuk kesejahteraan keluarga “para kuli tinta” dan “mat kodak” Kalbar sangat memuaskan.
Sekalipun bukan seorang praktisi jurnalis, namun keberadaannya mendukung suksesnya sang suami Aliaswat Saleh sebagai salah seorang pesohor pers Kalbar era 1950-1970-an.
Aliaswat sendiri dikenang luas sebagai tokoh penting daerah ini yang memiliki tak sedikit andil untuk kemajuan Kalbar. Antaranya turut memelopori berdirinya Jajasan Daja Nasional, cikal bakal Universitas Tanjungpura sekarang, IKIP Bandung cabang Pontianak yang sekarang FKIP Untan, Yayasan Panca Bhakti pelahir Universitas Panca Bhakti, Yayasan Mujahidin yang menghadirkan masjid terbesar di Kalbar Masjid Raya Mujahidin serta sederet amal kebaikan lainnya.
Dan selama Aliaswat duduk di parlemen selaku anggota MPR RI dari Kalimantan Barat, Siti Khadijah adalah sahabat diskusinya yang cerdas untuk mengolah aspirasi rakyat Kalbar.
Kini Hajah Siti Khadijah Aliaswat Saleh telah meninggalkan semua anak, cucu, cicit dan keluarga besar serta masyarakat Kalbar yang mengasihinya.
Selamat jalan Ibu, Insha Allah husnul khatimah.
* Syafaruddin Usman, historian researcher