Kata saintis muslim terkenal Fazlur Rahman, “Saya seorang muslim, suku saya adalah Bangsa. Dan Bangsa saya adalah manusia.” Saya suka adagium ini. Suka karena tjotjok dengan kaidah profetik jurnalistik yang saya emban sejak 1992.
Terasa selalu berada di tengah-tengah publik, terus terang berlaku jujur pada kondisi geografis dan geopolitis, dan jurnalis harus adil. News value atau nilai berita yang fairness sekaleee.
Untuk itu saya merasa punya saudara seiman yakni Islam. Tapi saya juga punya saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia yang berbeda agama. Untuk itu kami di dapur redaksi terbiasa dengan budaya ucapan selamat karena kami meliput (coverage) tanpa sekat. Kami wawancara (interview) tanpa pandang bulu. Kami menulis dengan bebas.
Independen. Menjaga asa, rasa dan karsa manusia yang notabene berujung pada nilai universal ketuhanan yang sama. Sekali lagi ini budaya bukan teologia. Saya terbiasa dapat ucapan selamat hari raya, dan terbiasa pula mengucapkannya kepada sesama umat manusia tanpa kehilangan nalar basis teologis yang jadi prinsip serta keyakinan masing-masing. Alhamdulillah, Puji Tuhan, thanks to the God aman and ameen. That’s it 🙂 Marry Christmas n happy new year for special persons that following the holidays…all of you are my broda n sista 🙂 Together we keep the world peace …(Nuris, chief editor of teraju.id, founder of Kampoeng English Poernama and President Chapter of West Kalimantan Intercultural Learning/Binabud Chapter Pontianak).