teraju.id, Jakarta, 11 September 2020—The International Association of Facilitators (IAF) bekerja sama dengan Gerakan Pakai Masker (GPM) untuk melakukan sosialisasi pentingnya memakai masker untuk mengurangi laju penularan Covid-19 di Indonesia. Dengan lebih dari 200 peserta, diharapkan masing-masing memiliki kesadaran pentingnya memakai masker saat beraktivitas di luar luar. Disiplin memakai masker, diyakini akan menghindarkan kita dari penularan Covid-19.
Dari sosialiasi yang banyak diikuti oleh penyuluh dari berbagai kluster yang ada di seluruh Indonesia, diharapkan mereka juga akan menjadi agen perubahan untuk lingkungan terdekatnya.
“Membangun kesadaran memakai masker ini tidak bisa asal diperintahkan begitu saja, tetapi kesadaran ini harus muncul dari dalam diri mereka sendiri juga,” ditegaskan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono.
Kolaborasi IAF ini juga menggandeng Human Resource Directors Indonesia dan Perhumas. Rizka Moeslichan, dari HR Directors Indonesia yang juga penyitas Covid-19 di awal acara menceritakan bagaimana ketidaknyamanan yang ia hadapi ketika dinyatakan positif Covid-19. Termasuk dampak fisik, psikologis dan mental yang dirasakannya.
Meiliana Lany, CPF, The International Association of Facilitators (IAF Indonesia ) Chapter Lead menyatakan senang menjadi bagian dari solusi bangsa. “IAF Chapter Indonesia kolaborasi bersama Gerakan Pakai Masker, HR Directors Indonesia dan Perhumas ini sebagai bagian dari kontribusi aktif IAF terhadap Negeri. Kalau masing-masing dari kita memberikan kontribusi positif, sebesar apapun permasalahan bangsa ini kita dapat memperbesar peluang untuk keluar dari pandemi dengan segera,” ujar Mei.
Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk berperan aktif melawan Covid-19 dengan kesadaran dari diri mereka sendiri, termasuk hal yang paling dasar yaitu memakai masker. Ajakan untuk memakai masker ini tidak bisa hanya perintah saja, tetapi dengan pendekatan fasilitasi, akan lebih menggerakkan masyarakat karena kesadaran untuk memakai masker muncul dari diri mereka sendiri.
“Kami juga mengharapkan mereka nantinya dapat menjadi influencer untuk orang-orang di sekitarnya. Dengan pendekatan fasilitasi, hal ini sangat memungkinkan,” sambung Meiliana.
Setelah ini IAF Indonesia akan mengadakan sesi pembekalan untuk para penyuluh GPM untuk memperlengkapi mereka dengan cara menfasilitasi yang sesuai dengan keadaan.
Sementara itu, Ketua Umum BPP Perhumas Agung Laksamana mengatakan sangat mendukung upaya-upaya yang ditempuh GPM dan IAF karena penyebaran hal-hal positif saat ini sangat dibutuhkan di tengah pandemi.
“Kami juga mengharapkan, pengurus Perhumas yang mengikuti pelatihan bersama IAF dan GPM bisa menjadi pembawa perubahan di sekelilingnya dan juga menjadi influencer dalam menggaungkan Indonesia Bicara Baik tentang penanganan Covid-19,” lanjut dia.
Sigit Pramono menambahkan, kerja sama dengan IAF dilaksanakan karena lembaga tersebut memiliki metode fasilitasi kreatif dengan menciptakan suasana partisipatif dan kolaboratif.
“Penyuluh yang melakukan penyuluhan harus memiliki kemampuan yang kreatif dan interaktif meski secara virtual agar target sasaran mau mengubah perilaku dari tidak memakai masker menjadi pakai masker. GPM memerlukan sebanyak-banyaknya relawan yang melakukan penyuluhan dan kemampuan seperti ini,” ujar Sigit.
Sigit mengungkapkan, sejak berdiri pada bulan Juni 2020, GPM telah menjalankan program Penyuluhan untuk Penyuluh (PuP) secara daring, ke berbagai pesantren dengan jumlah santri sebanyak 55,865 orang dan 1.942 guru. Kegiatan pada pesantren tersebut sudah dijalankan 5 angkatan, dan 6 angkatan penyuluhan kepada ratusan pedagang pasar tradisional.
“Puluhan kegiatan penyuluhan yang populer pun dilakukan melalui sosial media melalui kluster kepemudaan dan perempuan,” imbuh Sigit.
Upaya penyuluhan memakai masker secara baik dan benar yang dilakukan GPM, kata Sigit, bertujuan mengurangi jumlah korban pandemi Covid-19. Pada akhirnya, melalui upaya GPM ini, juga diharapkan dapat membantu Indonesia membangun citranya kembali (rebranding) di mata dunia internasional dalam menangani pandemi.
The International of Facilitator (IAF) adalah:
Organisasi partisipatif dengan anggota di lebih dari 65 negara, IAF adalah rumah bagi setiap orang yang ingin belajar mengenai fasilitasi dan untuk mereka yang menjadikan fasilitasi sebagai profesi . IAF menetapkan standard fasilitasi yang diterima secara international dan mempromosikan kekuatan dari fasilitasi.
Visi IAF adalah mendorong pemanfaatan fasilitasi secara profesional di seluruh dunia untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi banyak individu di kelompoknya, organisasi maupun komunitas .
IAF percaya, Fasilitasi yang baik akan mengubah cara orang berpikir, bertindak dan akhirnya memampukan kita untuk secara positif mengubah dunia di sekitar kita.(Rilis oleh Emmy Kuswandari)