teraju.id, Nusantara— Hari berganti, penanggalan berubah. Sejak hadir di Istana Qadriyah dalam rangka penabalan Sultan Melvin Alqadrie, Sultan Ke-9 Qadriyah Pontianak, Tengku Ryo yang sempat berziarah ke makam Sultan Hamid II Alkadrie di Batulayang, Pontianak Utara membuat karya besar berjudul Pledoi. Pledoi ini “digesek” dengan biola yang dalam sampai “menusuk qalbu”.
“Tapi saya sempurnakan lagi beberapa waktu terakhir ini. Dulu saya pikir memainkannya tergesa-gesa dan emosionil. Kini lebih merasuk ke dalam lagi. Saya sempurnakan dengan teks sejarah pledoi itu sendiri,” ujarnya via video conference dengan teraju.id, 11 Juli 2020 malam.
Penyempurnaan dimaksud Tengku dari Kesultanan Serdang yang profesional bermain biola sampai ke mancanegara ini, selain teknik, juga tampilan video klipnya. Bahkan telah dikurasi di Jerman. Hasil penilaiannya, Pledoi masuk 10 karya terbaik kelas dunia. “Pledoi kita akan masuk album Mengenang Nusantara. Juga dibahas di Jerman, kenapa? Karena di sana juga ada korban. Di mana puluhan tahun dipenjara, sementara yang bersangkutan tidak bersalah apa-apa. Ada kajian pelanggaran HAM. Begitu kisah di Jerman,” ulasnya.
Tengku Ryo yang paham akan alur pikir Sultan Hamid merasa bangga pada Sang Perancang Lambang Negara asal Pontianak tersebut. Saat hadir memainkan biola di Gedung Rektorat Untan terkait seminar kesultanan ketika penabalan Sultan Melvin ia berziarah ke Makam Kesultanan di Batulayang. Ia didampingi sekretaris pribadi Sultan Hamid, Max Jusuf Alkadrie. Keduanya mengenakan pakaian kesultanan masing-masing, duduk bersimpuh berwirid kepada Allah di depan pusara Sultan Hamid II Alkadrie.(kan)