Oleh: Novie Anggraeni
Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar air terjun? Suasana yang sejuk, ditambah dengan dinginnya semburan air terjun yang melimpah bagai tetesan hujan dari langit pasti dirasakan oleh kalian yang sudah pernah travelling atau yang di daerah tempat tinggal kalian ada air terjunnya.
Itulah yang saya rasakan ketika liburan awal tahun baru 2018 kemarin di kota Sanggau. Ya, saya bersama keluarga besar pergi berlibur di kota Sanggau, untuk berwisata di air terjun. Butuh waktu yang lama untuk tiba di kota Sanggau. Jalan menuju kota Sanggau sangat memusingkan kepala. Bagaimana tidak? Jalan di sana bergelombang, berbukit dan membuat mobil yang saya tumpangi harus turun naik. Belum lagi untuk orang yang mabuk perjalanan. Ya, tahu sendiri sajalah, apa yang akan terjadi.
Setibanya di kota Sanggau, kami kelelahan. Membuat kami harus menginap di Hotel Meldy. Ini pertama kali bagi saya menginap di hotel. Apalagi tidur bersama dengan sepupu-sepupu perempuan saya yang mana, sudah lama sekali kami tidak pernah berbincang maupun tidur bersama. It’s family’stime. Malam harinya, kami juga bersenda gurau dengan aneka permainan yang kurasa konyol, namun menyenangkan.
Keesokan paginya, kami segera berkemas karena akan pergi ke air terjun. Papa menyebutkan ada air terjun terdekat di sekitar daerah tempat kami menginap. Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil kami tiba di sebuah gerbang masuk. Dimana, di atas gerbang masuk itu ada papan petunjuk lokasi wisata yang bertuliskan “Taman Wisata Pancuraji”. Mobil kami dan rombongan lainnya pun memasuki kawasan menuju tempat air terjun tersebut.
Awalnya, jalanan tersebut biasa saja. Semakin lama kami memasuki kawasan ini, jalanannya semakin terjal dan sangat memacu adrenalin. Jalanannya curam, menantang dan berbukit-bukit. Saya hanya pasrah saja, sedangkan adik-adik saya sangat antusias tatkala mobil beranjak naik dan turun yang dirasanya seperti naik rooler coaster.
Tiba-tiba, mobil kami berhenti. Papa pun turun, melihat, apakah mobil yang lain mampu menaiki jalan berbukit yang curam. Ketika, saya melihat di belakang. Saya seperti naik di atas bukit dan dapat melihat pemandangan kota yang cukup luas dari atas sini. Menakjubkan!
Tapi, perjalanan kami belum berakhir. Kami terus berjalan masuk, bagai menyusuri hutan yang sangat lebat.
Akhirnya, kami tiba di gerbang masuk menuju air terjun. Di sini, ada beberapa penjaga yang meminta tarif masuk pengunjung. Harga masuk di Taman Wisata Pancur Aji ini berkisar Rp. 25.000/org. Tarif ini berlaku untuk orang dewasa, sedangkan anak-anak tidak dihitung. Harga yang cukup tinggi dikarenakan saat itu adalah hari libur.
Setelah itu, kami pun masuk. Dan kembali mengarungi jalan yang terjal, berbukit dan licin karena telah memasuki musim penghujan. Tak lama kemudian, kami pun sampai. Dan ya, masih cukup sepi di sini. Hanya ada beberapa pengunjung saja. Maklumlah, masih cukup awal. Kami pun bergegas masuk karena tidak sabar untuk bermandikan air terjun yang dingin.
Dan, sangat lebat dan sejuk suasana sekitar taman wisata ini. meskipun sudah banyak kerusakan di sana-sini. Namun, masih tampak asri. Kami pun sampai di air terjun tingkat pertama. Masih ada tingkatan atas lagi. Akan tetapi, kami harus naik tangga dan melewati jalan yang licin. Akhirnya kami memilih untuk mandi di air terjun tingkat pertama saja. Saya enggan rasanya untuk mandi. Cukuplah merasakan dinginnya air dan melihat ciptaan Sang Kuasa dari sini. Saya bersyukur karena diberi kesempatan mendapat nikmat seperti ini.
Saya termasuk orang yang beruntung, sebab bisa merasakan kenikmatan pemandangan alam yang luar biasa indah. (*)