teraju.id. Pontianak – Tradisi menulis buku di Kota KhaTULIStiwa telah tubuh dan berkembang. Tidak sulit untuk menerbitkan buku karena banyak penulis dan penerbit yang eksis.
Melihat ke belakang, terutama tokoh akademik yang mengakar di kampus dan masyarakat, seperti peraih predikat doktor pertama di Kalbar, Prof Dr Hadari Nawawi yang diterbitkan bukunya pada peringatan 100 hari wafatnya, apakah akan terjadi pula kepada alm Prof Dr H Haitami Salim, M.Ag mantan Direktur IAIN (dulu STAIN, red)?
“Baik sekali penulisan buku tentang Prof Haitami Salim. Saya pikir langkah menuliskan buku sangat tepat karena ketokohan dan pikirannya tidak pernah mati. Bahkan bisa terus tumbuh dari generasi ke generasi karena menginspirasi,” ungkap salah satu penulis buku biografi mantan Rektor Untan, Prof Dr H Hadari Nawawi yang juga sahabat dekat Prof Haitami Salim, Dr Aswandi. Pembantu Rektor Bidang Akademik Untan ini siap berkontribusi tulisan jika buku mengenai Prof Haitami Salim (wafat, 20/4/17 malam di RSUD dr Soedarso, red) dibukukan.
Sementara itu dari Club Menulis yang bernaung di kampus IAIN telah siap jauh hari. “Kami sudah menghimpun naskah tentang Prof Haitami Salim. Siap dalam satu buku, hanya belum dicetak karena ingin lebih lengkap,” ungkap pendiri sekaligus pembina Club Menulis di IAIN, Dr Yusriadi, MA.
Tidak ada rintangan berarti buat menerbitkan buku perjalanan hidup dan pemikiran Haitami Salim salah satu tokoh perdamaian di Kalbar. Bisa jadi peluncuran bukunya lebih cepat dari 100 hari peringatan wafatnya tersebut.
Dalam upaya penerbitan buku edukatif berbasis sejarah ini tentu dibutuhkan uluran tangan para pemikir serta dermawan. Setidaknya untuk berkontribusi tulisan serta mencetak lebih banyak buku sehingga banyak beredar di tengah warga yang mencintainya. (Nuris)