in ,

Sikap Intoleransi akan Luntur dengan Sastra, Hidup Harmonis akan Subur dengan Sastra

IMG 20170518 133103 222

teraju.id, Pontianak  – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalbar Dr HM Zet Hamdy Assovie, MTM yang diwakili Ketua Bidang Agama FKPT, Dr Wajidi Sayadi, M.Ag menegaskan pentingnya sastra dalam melembutkan hati massa yang cenderung keras dan beringas akhir-akhir ini. Hal tersebut terungkap dalam pembukaan kegiatan dialog sastra cinta damai di Hotel Star, Kamis, 18/5/17 pagi.
“Kalbar semakin rukun, kompak dan bersatu. Kota Pontianak juga semakin sejuk, walaupun baru saja kita melewati bulan Maret, bulan kulminasi Matahari,” ungkapnya.

Kota Khatulistiwa ini memang nyentrik. Menarik. Dari sisi geografis, dia bertetangga daratan dengan Malaysia. Dari sisi lautan berhadapan lepas dengan China. Sehingga kaya kuliner dan cita rasa tak terkecuali sastra.
Sastra seperti diangkat temanya pada dialog interaktif dan apresiasi kali ini, lanjutnya, memang sudah diprogram oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui masukan-masukan Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang eksis di setiap provinsi seluruh Indonesia.

Menariknya, sejak berdiri 5 tahun lalu, FKPT Kalbar dalam setiap kegiatannya tidak pernah luput dari sajian kesenian dan kebudayaan. Oleh karena itu diserap oleh BNPT sehingga lahir kegiatan nasional bertajuk sastra dan budaya.
“Gaya mengkritik kekuasaan dan kemapanan yang masuk lewat jalur sastra sehingga dapat diterima oleh semua lapisan massa, ibarat kata dicubit tapi tidak sakit. Seni mencubit tapi tidak sakit ini yang di era netizen sekarang makin lentur dan luntur. Bahkan yang menyebar secara bar-bar adalah berita bohong alias hoax. Ini sangat berbahaya. Bisa memecah belah persatuan dan kesatuan anak-anak bangsa. Bisa merontokkan cita-cita kemerdekaan yang diproklamirkan founding fathers kita. Bahkan bisa menghilangkan banyak harta dan nyawa,” tegasnya.

Sekarang, kata Ketua FKPT, kita dibelit penyakit intoleransi bahkan radikal terorisme sehingga mengancam NKRI bahkan kehidupan umat manusia itu sendiri. Oleh karena itu pendekatan budaya sangat dibutuhkan. Soft approach. “Cara-cara sastrawilah yang ingin kita kembangkan dalam penghayatan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.”

“Kepada para pujangga dan sastrawan yang hadir pada kesempatan kali ini saya berharap, modal sosial pada sastra bisa dipolarisasikan. Perlu hadir ke tengah masyarakat,” tambahnya.

FKPT melalui kerjasama dengan BNPT dan Forsas berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini. Tetapi karya yang ada dikompilasi dan diterbitkan buku bunga rampai berskala nasional. Bahkan bila perlu juga dipentaskan di hadapan Presiden, Menteri, dan para tamu dari Manca Negara. Bahwa kehidupan sastrawi inilah Indonesia, NKRI yang jaya karena Berbhinneka Tunggal Ika. Kaya budaya sehingga melahirkan pesona dunia. Bahwa kita tidak akan pecah berkeping-keping seperti Rusia dan Suriah, melainkan kita akan sejahtera di bawah sang saka merah putih, Pancasila dan Indonesia Raya.

“Sikap intoleransi akan luntur dengan sastra. Hidup harmonis akan subur dengan sastra,” timpalnya. (Nuris)

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

IMG 20170518 054218 193

Hari Ini Dialog Sastra Cinta Damai, Pas untuk Menjawab Sikon Kalbar

melayu dayak kalimantan barat

Persaudaraan Dayak-Melayu dalam Memori Kolektif Orang Melayu