Oleh: Nur Iskandar
Warga Kalbar dikejutkan dengan aksi Densus 88 Mabes Polri menangkap pria yang diduga sebagai anggota teroris bernama Nurul Hadi di Bandara Soepadio, Senin, 27/11/17 sekira pukul 11.00. Tepatnya saat Nurul Hadi akan bersiap menaiki pesawat Air Asia, seat 17 C dengan tujuan Kuala Lumpur, Malaysia.
Kapolda Kalbar Irjen Pol Erwin Triwanto seperti diwawancarai media membenarkan adanya aksi penangkapan Densus 88 bersama Polda Kalbar. Kemudian secara rinci, Wakapolda Kalbar Brigjen Pol Amrin Rimico menyebutkan bahwa Nurul Hadi sudah lama diincar Densus 88 dengan dalil terlibat jaringan Negara Islam Irak dan Syiria (Islamic State of Iraq and Syiria/ISIS). Sayangnya, baik Kapolda maupun Wakapolda belum memberikan keterangan resmi atas hasil pemeriksaan Nurul Hadi di Ditreskrimum Mapolda seperti apakah Nurul Hadi terbukti masuk sel teroris ISIS atau tidak, direkrut oleh siapa Nurul Hadi, dan apakah ada figur lain sebagai pengikut ISIS di Kalbar? Kesemua itu belum terkuak.
ISIS sendiri menjadi momok bagi kalangan umat Islam dunia. Kekerasan demi kekerasan yang mereka lakukan sama sekali di luar perikemanusiaan dan tidak mencerminkan ajaran Islam. Data terbaru berupa penembakan di Mesir ketika jamaah sedang menunaikan ibadah shalat Jumat. Hampir 300 orang tewas. Pelakunya ditengara adalah ISIS. Negara-negara Islam mengutuk keras kekejian ini.
Sebelumnya perihal ISIS tidak hanya terberitakan kali ini saja. Beberapa tahun yang lalu disebutkan adanya pemuda asal Pontianak Timur yang terlibat ISIS di Syiria, walaupun belakangan kebenarannya tak terbukti. Begitupula menjelang Idul Fitri tahun 2017 lalu, ditengara ada warga Kalbar yang mengenyam pendidikan di Syiria terkait jaringan ISIS dan akan mudik ke kampung halamannya. Data intelijen yang disampaikan ke Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalbar, bahwa terduga teroris itu akan mudik ke wilayah Sambas.
Nurul Hadi kelahiran Sekuduk, Sejangkung, Sambas, tahun 1981. Apakah dia yang dimaksud oleh data intelijen? Kita belum tahu persis, sebab belum ada keterangan resmi hasil pemeriksaan. Namun yang jelas, Densus 88 punya prosedur tetap dalam melakukan penangkapan. Kita hormati kerja Densus dalam menjaga keamanan negara dari tindakan teroris, namun kita juga mengingatkan agar hak-hak Nurul Hadi, atau warga manapun, sebelum dia terbukti secara faktual merupakan pengikut idiologi terorisme, mesti diberikan pula hak-haknya secara adil. Sebab bagaimana pun juga, setiap individu punya hak untuk hidup dan mengekspresikan kemerdekaan hidupnya. Nurul Hadi misalnya, dia juga mempunyai anak dan rumah tangga. Nama baik anak dan keluarganya mesti dihormati pula.
Nurul Hadi Dikenal Sebagai Anak Baik
Nurul Hadi menurut kawan sekolahnya ketika Sekolah Dasar di Sambas tergolong anak baik. Dia tidak pernah neko-neko. Bukan pula anak yang nakal dan frontal. Sama sekali tidak ada tanda-tanda berpikirnya radikalis, apalagi teroris. Oleh karena itu rekan masa kecil Nurul Hadi mengaku kaget, kenapa Nurul Hadi ditangkap?
Nurul Hadi dalam perbincangan di sosial media diakui sejumlah teman sebagai mahasiswa yang kalem dan lemah lembut. Dia juga lekat dengan masjid. Setiap kali bersua, dia murah senyum.
Nurul Hadi pernah tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Untan angkatan tahun 1999. “Jurusan elektro, tapi agaknya dia tidak tamat,” kata seorang sumber. Sementara sumber lainnya menyebutkan, bahwa semasa kuliah, Nurul Hadi pernah masuk organisasi Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI) yang merupakan lembaga otonom di bawah payung Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak.
Heboh media cetak, online dan TV yang memberitakan penangkapan Nurul Hadi di Bandara Soepadio, heboh pula jagad sosial media alumni HMI (Kahmi). Ada yang kenal dan ada yang tidak. Dan yang mengenalnya, rerata menyebutkan bahwa Nurul Hadi tercatat sebagai mahasiswa FT Untan. Namun selama masa kuliahnya, dia dikenal sebagai mahasiswa yang baik dan santun.
Tentang aktivitasnya di HMI namun kini ditangkap dengan dugaan sebagai teroris, anggota Kahmi Pontianak bersetuju bahwa tidak ada jaminan seseorang bertindak radikal atas nama organisasi kemahasiswaan, atau alumni. Dugaan sebagai teroris merupakan pilihan yang bersangkutan, di luar kebijakan HMI atau Kahmi. Namun HMI atau Kahmi tetap memonitor sejauh mana data dan fakta melibatkan Nurul Hadi dan tudingan dia terlibat ISIS dari aparat berwenang.
Pikiran Ekstrem
Dari sejumlah penelitian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) rentang usia yang rawan diindoktrinasi adalah remaja dan mahasiswa. Untuk itu pelaku bom bunuh diri dominan usia remaja dan mahasiswa. Dan semakin tinggi usia dan kematangan mereka jumlahnya semakin mengecil.
Bidang deradikalisasi BNPT mempresentasikan bahwa untuk mengindoktrinasi seseorang menjadi teroris hanya butuh waktu beberapa jam. Pada umumnya menimpa remaja dan mahasiswa yang labil atau goyah sendi-sendi keimanan dan akhlaknya. Pada sisi lain, ajaran Islam tentang jihad (perang suci) kerap kali diselewengkan. Untuk itu maka, BNPT dan FKPT banyak bekerjasama dengan organisasi dakwah agar makna jihad fisabilillah tidak disalah-artikan. Begitupula kerjasama BNPT dan FKPT dengan rohis di sekolah-sekolah, maupun halaqah atau forum kajian Islam di kampus-kampus. BNPT-FKPT juga menggalakkan deradikalisasi melalui pendekatan budaya yang berlandaskan kearifan lokal. Demikian agar stabilitas negara terjaga dengan akar budaya setempat (lokal) dan secara makro menjadi keamanan regional/nasional.
Untuk kasus Nurul Hadi pikiran ekstrem bisa ditangkap dari pernyataan-pernyataannya di laman FaceBook. “Ungkapannya cukup keras,” ungkap seorang sumber.
Sumber lain menambahkan bahwa Nurul Hadi pernah berkirim surat hingga ke Presiden. Ia mengeluhkan soal legitimasi kepemilikan tanah yang sulit didapatkan. Dengan demikian penulis berpikiran bahwa masalah pikiran ekstrem menjadi radikal ketika bersemayam di media ketidakadilan. Untuk itu masalah keadilan ini mesti menjadi perhatian kita secara serius bersama-sama.
Antara Penangkapan dan Keterangan
Tujuan artikel ini ditulis adalah untuk mengendapkan beberapa poin, khususnya penangkapan dan keterangan dari aparat berwajib. Kita di wilayah publik memang tersentak atas penangkapan ini, apalagi dia, Nurul Hadi, adalah warga Kalbar. Sejauh ini belum ada warga Kalbar yang divonis telak merupakan sosok teroris.
Untuk itu mari kita endapkan dulu permasalahan penangkapan sambil menunggu keterangan resmi Polda Kalbar atau Mabes Polri tentang terbukti atau tidaknya Nurul Hadi sebagai terduga teroris. Jika terbukti, maka kita warga Kalbar harus lebih hati-hati, karena daerah ini telah tumbuh sel-sel terorisme global, ISIS. Namun jika tidak terbukti, kita minta nama baik Nurul Hadi dipulihkan. Dipulihkan dari gelar “terduga” teroris. Ya, walaupun “terduga” itu masih menunjukkan belum pasti, namun kerap kali berita media ditangkap publik sebagai sesuatu yang negatif. Seolah framing atas prejudice negatif atas diri Nurul Hadi vs Densus 88 Mabes Polri. (Penulis adalah anggota FKPT Kalbar Bidang Media Massa dan Kehumasan).