Oleh Beni Sulastiyo
Alhamdulilillah banyak sahabat nan baik hati yang berkenan membersamai lahirnya BANG KAMBING. Ada Abangnda Nur Iskandar, seorang penulis-pemikir kondang dan praktisi agrobisnis serta pentolan perwakafan progressif. Ada Bang Iqbal, seorang Exbank dari lembaga perbankan beken, ada Pak Long, jamaahpreneur Masjid Kapal Munzalan, dsb. Atas izin Allah dan kebersamaan, maka dilahirkanlah BANG KAMBING.
BANG KAMBING tidak menggunakan huruf “K”. Tapi huruf “G”. Tujuannya agar seekor kambing bisa menjadi “tokoh” menjadi tokoh fabel yang dapat bercerita kepada publik tentang praktik bisnis Qura’ni secara sederhana dan mudah dipahami.
Sebagaimana narasi tentang perbedaan Bang Kambing dan Bang Lintah sebagaimana yang pernah kami sampaikan, kita berharap Bang Kambing dapat menjadi pilihan masyarakat untuk mengkonversi uang kertasnya menjadi kambing. Mengapa?
Karena kertas tak bisa melahirkan, sementara kambing itu bisa beranak pinak. 🙂
Sedikit iluatrasi, bahwa dua ekor kambing senilai 5 juta berpotensi menghasilkan 8 ekor kambing senilai 20 juta dalam 2 tahun, sementara uang kertas dengan nilai yang sama hanya punya potensi pertambahan nilai sebesar 600rb jika disimpan di sebuah bank komersial. Oleh karena itu mengkonversi uang kertas menjadi kambing akan jauh lebih menguntungkan.
Makanya, para nabi zaman dahulu banyak yang berprofesi sebagai penggembala domba. Dan para nabi mampu berjuang dengan tetap menjaga kemandirian.
Selamat kepada Abangnda Nur Iskandar yang telah didaulat menjadi Pimpinan Bang Kambing pertama di Indonesia.
*
Pontianak, 18.1.2021
Penulias adalah Pelayan Masjid Kapal Munzalan, Kubu Raya, Kalbar