Oleh: Hoirol Abror Rohman
Bagaimana menghabiskan tinta tanpa harus tercoret sia-sia? Setiap coretan penamu adalah karyamu. Sempurna atau pun tidaknya, jangan dipikirkan. Karena semua karya tak sempurn, yang perlu diketahui seberapa besar usahamu dalam berkarya.
Detik akhir di rumah literasi. Banyak yang telah dipelajari dari dalamnya. Namun, tidak akan sia-sia bila niatmu benar dan usahamu bersungguh-sungguh. Waktu terlalu cepat berlalu. Rumah Literasi tidak akan kembali untuk kedua kali.
Mana karyamu? Sebuah pertanyaan besar bagimu. Jika jawabannya tidak ada. Lantas apa yang kamu lakukan di Rumah Literasi? Jangan kamu mencari alasan belajar berkarya. Namun, hasilnya tidak ada.
Karyamu itu hasil akhir dari perjuanganmu. Terus untuk apa berjuang selama satu semester kalau hasilnya tak tentu?
Begitu banyak waktu yang kamu lewatkan. Namun, tak sedikit pun ada keinginan yang terpintas di hatimu untuk berkarya.
Ini akhir teman. Kamu tak akan lagi berjumpa dengannya lagi. Semester depan kamu tidak lagi berlomba dalam memperbanyak kata. Tidak akan ada lagi mencari kata yang menarik untuk ditulis. Tidak akan ada lagi istilah pembendaharaan kata habis karena ditulis terus. Bahkan tiada lagi istilah tidak ada laptop untuk mengerjakannya.
Yang ada hanyalah penyesalan yang dalam. Yang pasti akan dirasakan. Walaupun sebenarnya, tak ada pengaruh sekali bagimu. Setidaknya kamu pernah mengetahui cara membuat sebuah karya. Itu semua hanya untuk yang belum berkarya.
Ini hari akhir dari pada Rumah Literasi. Di mana harus menyelesaikan satu buku karangan sendiri Sebagai tugas akhir. Sungguh, banyak waktu yang digunakan untuk menyelesaikannya. Waktu istirahat pun harus terpotong. sekian banyaknya waktu yang harus dikorbankan. Tujuan utamamu hanya jadi sebuah buku.
Bagi yang sudah bisa berkarya, pernahkah kamu ingin berterima kasih kepada dosen dan mentor yang telah mengajarimu? Jangan-jangan tak pernah sekali pun terpikirkan.
“Terima kasih. Telah mengajari kami belajar berkarya”
“Dan maafkan semua kesalahan kami”
Perwakilan dari kelas M.G.Harris. kalimat itu untuk para dosen dan mentor yang berupaya untuk mengajari kami. Sekaligus permohonan maaf atas hal yang kurang berkenan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Salam literasi.(*)