Oleh: Winda Wulandari
Pada saat aku duduk di bangku SMA, aku sering menanyakan kepada kedua adikku,
“ Apa cita-cita kalian. Dik?”
Rezky, adik, menjawab ingin menjadi seorang abdi negara.
Sedangkan ketika aku bertanya kembali, polisi atau tentara? Dia menjawab, aku ingin menjadi tentara.
Adik kecilku Marwan atau Wawan, menjawab, “Aku ingin menjadi pisi, Kak”.
Pisi maksudnya polisi.
Kenapa Wawan mau jadi polisi, karena katanya, polisi bajunya keren.
Aku sangat bangga memiliki adik seperti mereka, karena sejak dari kecil mereka sudah mempunyai cita-cita yang luar biasa. Kebetulan juga aku sangat suka melihat seorang abdi negara. Tapi aku tahu mereka belum tahu seperti apa pekerjaan tentara dan polisi. Aku tidak mau menjelaskan tentang menjadi seorang abdi negara karena percuma pun aku menjelaskan, mereka juga tidak paham.
Aku hanya memberikan nasehat, “Adik-adikku kalian belajar dengan sungguh-sungguh ya”.
Ayah dan ibu hanya tersenyum mendengarnya. Ayah berkata, “Nah Winda, kamu sebagai kakak harus sukses supaya kamu bisa membantu kami untuk bisa melanjutkan pendidikan adik-adikmu karena kami semakin hari semakin tua. Entah sampai atau tidak nanti kami melihat adik-adikmu tumbuh dewasa”.
Mendengar perkataan ayah, aku pun bertekat untuk bisa menjadi ganti tulang punggung keluarga.
“Yah, Bu, doakan anakmu ini semoga mampu membahagiakan kalian dan adik-adik”.
Ibu pun menjawab, “Nak, tak kau minta, aku pun selalu mendoakanmu”.
Aku tersenyum dan berkata di dalam hati, “Tuhan mengirimkan aku malaikat dari syurga”. (CM/Mahasiswa Akutansi Syariah, IAIN Pontianak)