Pengantar: Bermula dari foto Ketua Yayasan Sultan Hamid II Alkadrie Anshari Dimyati, SH, MH berdampingan dengan Prof Dr Meutia Hatta dan Prof Dr Yasmine.
Alhamdulillah…
Itu semua rencana Allah
Nampak tangan tangan Nya bergerak n bertindak
Kun Fa Yakin
Terjadi maka terjadilah
Perjalanan ibu Meutia juga menjelajahi negeri pembuka kota
Dari Pontianak, saya minta pak wali mengundang beliau dinner di atas kapal SPT dulu SHII membawa bung Hatta menyelusuri Kapuas. Berlabuh di alun alun Kapuas.
Selanjutnya saya bawa ke negeri Mempawah.
Sebelumnya tahun 2017, saya bawa ummi Yasmine ziarah ke makam Habieb Husein tepat sampai adzan Maghrib berkumandang.
Tahun 2019 pas ultah kota Pontianak, saya bawa keduanya ke negeri kelahiran Utin Candra Midi, ibunda pembuka negeri Ptk, untuk menyantuni anak dhuafa dan acara Robo Robo.
Selanjutnya saya bawa keduanya ke negeri kelahiran Sultan Abdurrahman di Ketapang berkunjung ke istana MulieKerte, Ketapang untuk menyantuni anak dhuafa.
Selanjutnya
Rombongan dijemput oleh bapak Bupati Citra Duani untuk sholat Isya berjamaah di Istana Rakyat Sukadana dan kami menyantuni anak dhuafa.
Sebelum penutupan acara, Alqadrie center memberikan foto berbingkai dua sahabat karib SHII dan bung Hatta saat berkunjung ke Pontianak untuk meresmikan kebun dan pabrik kopra, tahun nya lupa.
Sebenarnya foto ini oleh Alqadrie center akan diserahkan saat makan malam dengan pak Edi Rusdy Kamtono di atas kapal, tetapi momennya selalu tidak tepat, entah kenapa, jadinya batal.
Foto itu selalu saya bawa, mungkin akan diserahkan oleh Raja Mempawah, sebagai wakil Masyarakat Kalbar untuk keluarga Muhammad Hatta, juga belum ada waktu yang tepat. Selalu padat acaranya, tidak etis jika kami memotong atau meminta jedah waktu pemberian tanda persahabatan dua insan pejuang diplomasi kedaulatan Indonesia di mata dunia.
Saya terus bersabar menunggu momen yang tepat.
Nah Gayong bersambut, saat acara penutupan di istana rakyat Sukadana, acara yang begitu penuh kekeluargaan dan rileks oleh keramahan tuan rumah, bapak Bupati Citra Duani, kami Alqadrie center menemukan momentum yang sangat indah untuk menyerahkan tanda persaudaraan itu kepada Ibu Meutia Hatta yang kami sayangi.
Melalui tangan seorang umarah dari negeri kelahiran Nyai Tua, ibunda Sultan Syarif Abdurrahman, tanda persaudaraan itupun berhasil diserahkan kepada Prof Meutia Hatta.
Tahulah saya dari proses perjalanan itu adalah suatu simbol pemaknaan hidup. Hubungan Habluminannas yang Allah ingin kita, masyarakat Kalbar khususnya dan luasnya antara negeri Kalimantan Barat dengan Indonesia, tetap melanjutkannya dengan baik, tanpa perceraian dan perselisihan yang akan membawa kebinasaan bagi kita semua untuk tetap teguh, solid dan kuat memajukan bangsa Indonesia ini.
Bukan kah di negeri Matan itulah, sumpah setia Ikatan persaudaraan antara keluarga ayahanda Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie dan keluarga besar Nyai Tua ibunda Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie disakralkan oleh Allah SWT pemilik alam semesta ini dalam ikatan suci luhur, pernikahan.
Selanjutnya adalah kewajiban bagi keturunan keduanya untuk menjaga dan melindungi keluarga umaknya (masyarakat Dayak) untuk selamanya.
Wajarlah, setiap Sultan Pontianak akan selalu memperhatikan dan mendahului keselamatan keluarga umaknya. Begitu pun sebaliknya untuk saling menjaga dan melindungi, saling bergandeng tangan satu kesatuan tak terpisahkan menghadapi badai di setiap siklus pembangunan peradaban anak negeri Kalimantan Barat yang utuh menyeluruh. Satu saudaranya sakit, semua akan merasakan sakit yang sama begitu pun dalam suka dan bahagia selalu bersama, aamiin.
Maka dari itu, Sultan Hamid II pun tak pernah meninggalkan saudara umaknya (masyarakat Dayak) selama masa kepemimpinannya dan kehidupannya sebagai rakyat biasa.
Hari ini, saat perjuangan masyarakat Kalbar untuk memulihkan nama baik Sultan Hamid II menghadapi rintangan oleh video yang sangat menyakitkan.
Alhamdulillah, kembali sebagai tanda persaudaraan itu, ummi Yasmine Zaki Shahab dan ibunda Meutia Hatta mengulurkan tangannya kepada kita.
Terima kasih ibu, ummi, jasa keduanya akan selalu kami kenang dan dicatat oleh sejarah, seperti 70-an tahun yang lalu sejarah antara bung Hatta dan Hamid II Alqadrie terukir indah dengan tinta emas bagi Indonesia Raya.
Bukan kah siklus kehidupan, sejarah peradaban selalu kembali seperti spiral, meskipun timeline nya berbeda tetapi titik titik momentumnya selalu sama, nyaris sama. In Shaa Allah, aamiin.
Beberapa hari sebelum kedatangan ibu dan ummi ke Pontianak pada bulan Oktober 2019, saya menceritakan semua nampak tilas, jejak jejak fisik saat ayahanda Muhammad Hatta datang ke negeri Pontianak atas undangan sahabat setianya Sultan Hamid II.
Momen indah itu direkam oleh foto-foto dan video. Saya kirimkan semua rekaman itu kepada kedua ibu yang sangat saya kagumi itu via group wa kami.
Saya katakan kepada kedua guru besar UI itu bahwa kita adalah pengulang sejarah dari orangtua kita yang belum sempat diselesaikan hingga happy ending. Allah menghendaki kita yang mewakili keluarga Masing masing untuk melanjutkannya kembali sebagai rangkaian sejarah yang sempat terputuslah menjadi suatu untaian keberlanjutan yang sangat indah dan diridhoi Allah hingga alam ini berakhir. Suatu tugas yang belum terselesaikan oleh anak bangsa masa sebelumnya, In Shaa Allah akan dihubungkan kembali oleh kami untuk generasi selanjutnya, tanpa warisan dendam masa lalu, saling berkesinambungan secara Rahmatanlilalamiin, penuh Rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam, In Shaa Allah, aamiin
Wallahualam
Dean Viejaya Roosandrie