Oleh: Resvy Mahesta
Ketika itu aku melihat notifikasi pesan Whatsaapp yang muncul dari layar handphone yang kumiliki. Kulihat pengirim pesan itu merupakan pembimbing kelas literasi yang sedang berjalan saat ini. Tanpa berpikir panjang aku lihat dan kubuka. Ternyata pembimbingku yang bernama Bu Ninda minta pada hari Sabtu saya datang ke ruang LP2M bertemu Pak Yusriadi. Belum selesai pesan itu kubaca, aku melihat lanjutan dari pesan yang diberikannya. Aku diminta datang ke kampus karena terpilih menjadi tim desain grafis. Aku lantas terkejut dan masih bingung mengenai tim desain grafis.
Aku pun menanyakan kenapa saya bisa terpilih. Pembimbingku bilang,
“Nanti di sana diarahkan mengenai tujuan dan sebab kenapa kamu bisa terpilih menjadi tim desain grafis,” ujarnya.
Aku pun mendatangi kampus sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pembimbingku ini. Hatiku dihantui dengan rasa penasaran akan pertanyaan yang selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku. Di situ kulihat ada beberapa orang lain yang juga diminta datang untuk pertemuan pagi ini.
Setelah rasanya semua datang dan berkumpul di dalam ruangan tersebut, barulah aku dan teman-teman mendengar pernyataan berupa alasan kenapa kami bisa terpilih dan tergabung dalam tim desain grafis. Ternyata kami merupakan perwakilan kelas yang bukunya dinilai terbaik oleh pembimbing.
Masing-masing kelas terdapat dua orang yang terpilih. Alhamdulillah.
Tak sampai di situ saja, Pak Yusriadi juga melanjutkan, kami akan dibimbing dalam mengedit sebuah buku, layout, dan juga mencetak buku. Kami juga akan dilihat perkembangannya selama beberapa hari sebelum launching buku gelombang kedua. Untuk akhirnya bisa masuk nominasi menjadi Duta Literasi FUAD, Duta Favorit, atau Runner up. Aku mencoba dan berusaha semaksimal mungkin dalam memahami setiap arahan yang diberikan kakak-kakak yang membimbing dalam kegiatan ini.
Hari selanjutnya, kami diperintahkan untuk mengedit sebuah buku milik teman kami.
Di situ kami diarahkan mengenai ketentuan mengedit buku. Seperti halnya huruf kapital setelah adanya titik, huruf kapital yang mengisyaratkan tempat, nama orang, dan lain sebagainya, bagaimana jika ada sebuah percakapan, memiringkan kata jika itu merupakan bahasa daerah, asing atau serapan. Di situ aku juga sering bertanya jika aku tidak mengetahui atau masih ragu dengan apa yang kupahami. Aku senang karena hari pertama dalam belajar mengedit sudah sedikit bisa dan akhirnya terbiasa.
Hari kedua kami mulai membahas mengenai bagaimana caranya melayout sebuah buku. Aku yang saat itu sambil menunggu kedatangan teman-teman hadir, sambil mengedit buku yang sempat ditugaskan kepadaku kemarin. Setelah akhirnya teman-teman berkumpul di dalam ruangan, kakak mulai mengajarkan kami tentang melayout sebuah buku. Banyak hal baru yang kudapatkan dalam melayout buku. Mulai dari memberi penomoran dalam buku, bahkan mengelist daftar isi yang baru kuketahui dengan cara yang lain namun mudah untuk diingat dan dilakukan.
Aku merasakan kebermanfaatan dalam proses belajar melayout buku. Hal itu kami coba langsung sambil mendengarkan penjelasan dari kakak. Lantas, aku sendiri mengerti. Karena adanya penerapan langsung dari sebuah penulisan. Karena penjelasannya cukup rumit, aku membuat catatan kecil dalam penulisan untuk memudahkanku dalam memahami jika aku ingin melayout buku. Aku juga sempat memfoto bagian yang takut kulupa dalam memahaminya dan memberikan keterangan dalam foto itu mengenai apa yang dilakukan itu sesuai dengan foto yang tertangkap dalam ponselku. Selesai belajar melayout buku, aku tidak langsung pulang.
Melainkan aku belajar membuat sampul menggunakan aplikasi photoshop dengan teman sekelasku yang bernama Hilmi Ramadhan. Karena dia juga yang membuatku cover buku. Saat itu, aku belum mengerti bagaimana menggunakan aplikasi tersebut untuk membuat cover buku. Akhirnya aku memutuskan belajar sedikit demi sedikit dengan Hilmi. Aku pun coba menghubungi Hilmi untuk menentukan tempat yang nyaman belajar layout. Setelah menemukannya, aku mengajak teman yang berada di dalam ruangan belajar photoshop bersama. Namun, saat hendak mengajak mereka, beberapa sudah ada yang pulang. Sehingga aku hanya mengajak Wulan dan Jaabir untuk belajar bersama. Kami pun pergi ke tempat yang sudah ditentukan untuk belajar.
Akhirnya, Hilmi datang dan memulai mengenalkan fungsi dari tombol atau yang terdapat dalam aplikasi tersebut. Teori mengenai photoshop mulai dikupas satu persatu. Dasar dari belajar tersebut sedikit demi sedikit mulai kupahami. Rasanya aku perlu menguasai pembelajaran photoshop ini. Setidaknya jika ada teman yang ingin membuat sebuah cover buku namun belum bisa karena tidak tahu mengenai caranya, aku dapat membantunya. Mengenai cover buku yang nantinya menjadi cover bukuku sudah jadi. Aku mengumpulkan gambaran konsep dari cover yang akhirnya menjadi sampul bukuku. Aku memberi gambaran kepada Hilmi mengenai desain yang akan ada di sampul serta gaya penulisannya, bahkan sampai pada warna sampulnya.
Hari selanjutnya, tugas serta pembelajaran tidak berhenti sampai di situ saja. Aku kembali menerima perintah dari kakak mentor, Kak Saripaini untuk mencoba mengedit dan melayout buku kelas sebanyak 5 buku bersama utusan kelas masing-masing. Dan kakak mentor juga sudah memberikan judul buku untuk kelasku. Aku pun mulai menyicil hari demi hari untuk menggarap beberapa buku yang diberikan untukku. Alhamdulillah, dari segi mengedit, melayout sudah kukuasai. Sehingga itu memudahkanku melakukan keduanya secara berurutan.
Beberapa hari kami tidak melakukan kegiatan pembelajaran editing dan layout di kampus. Melainkan kami termasuk aku sendiri belajar menerapkan apa yang kami pelajari selama beberapa hari lalu di rumah. Lalu, hingga akhirnya belajar mencetak beberapa buku milik teman kami yang telah menyelesaikan tulisannya. Kami pun menyaksikan bagaiman cara dan proses dari mencetak buku, menggabungkan menjadi beberapa halaman lalu kemudian menyatukannya dengan staples. Kemudian diberi selotip putih sebagai perekat di tulang buku. Lalu, menyatukannya dengan cover buku masing-masing.
Tidak hanya sampai di situ kegiatan itu berlanjut hingga perapian buku dengan memotong sisi atas, samping, dan bawah buku untuk dilihat rapi. Dalam kegiatan ini, aku mulai merasakan kedekatan dengan beberapa teman literasiku. Satu persatu mengajari jika tidak tahu. Diseling kegiatan yang cukup melelahkan dan menguras tenaga kami selingi dengan candaan kecil dalam ruangan. Yang membuat rasa penat yang seharusnya kami rasakan berubah menjadi bahagia dan penat berlalu begitu saja. Begitu juga dengan kakak mentor yang mengajari kami akan beberapa hal dengan sabar, baik, dan tidak sombong membuat kami semakin merasakan rasa kekeluargaan dan ukhuwah dalam menjalankan pembelajaran.
Walaupun ada sedikit insiden dalam merapikan buku saat aku bersama temanku yang bernama Huzaimah yang mana tanganku hampir terkena cutter yang tajam. Untung saja cutter itu hanya mengenai kuku yang terdapat di jari jemariku. Tapi, itu hal yang tidak mengapa jika aku juga harus terluka dalam belajar. Aku tetap akan belajar mengenai editing dan layout dari Rumah Literasi ini. Banyak hal yang aku pelajari dan aku dapatkan dari beberapa pertemua singkat yang terjadi. Aku akhirnya bisa melakukan beberapa hal yang sebelumnya tidak aku dapatkan. Hingga hari ini aku sangat berterima kasih kepada pembimbing dan kakak mentor yang telah mengajarkan kami termasuk saya pribadi dalam pembuatan sebuah buku. Proses yang kami jalani sebelum akhirnya akan diadakan kegiatan launching buku tentunya akan selalu kukenang. (Peserta Rumah Literasi FUAD, IAIN Pontianak)