in ,

Gelombang Bejambol

IMG 20171223 055637 166

Okeh: Ambaryani —

Ujung minggu ini agak lama saya menunggu motor klotok di penyeberangan Jangkang. Hampir 30 menit. 1 nahkoda kapal plus 2 awaknya duduk santai di warung di steher.

Saat saya datang, tak nampak motor klotok di ujung dermaga. Saya intip di ujung Sungai Bulan, belum mulai bergerak.

“Mana motor aeknye, Bang?”, saya tanya pada nahkoda dan awak kapal yang sedang duduk santai.

“Maseh di Sungai Bulan Kak”, jawab mereka.

“Motor Abang?”, saya kembali bertanya.

“Tu a Kak, tertambat”, mereka menyahut bergantian dan ketiganya menunjuk kapal yang tertambat di tepi sungai.

Gelombang tinggi kata mereka. Hampir 1 meter gelombang di tengah sungai.

“Gelombang bejambol” istilah yang mereka pakai. Mereka tak mau ambil resiko. Klotok Bang Am yang mereka nahkodai ukuran kecil. Kalau dihantam gelombang tinggi, goyang dan air akan merangsak masuk. Hanya motor Bang Romi yang jalan, karena agak besar.Lebihaman.

“Kakak ade bawak Yasin ndak? Boleh motor kamek jalan, asal Kakak tahan nyali jak, selamak nyebrang Kakak bace Yasin”, kata mereka sambil bergurau.

“Hari itu ade, ibu-ibu sampai nanges pas nyebrang kenak gelombang tinggi”, tambah mereka lagi.

Mendengar cerita begitu saja, saya sudah merinding. Tak mampu saya membayangkannya. Tapi, bagaimana lagi. Ini harus saya jalani. Tugas harus saya jalankan. Ngeri sebenarnya. Tapi semua saya pasrahkan pada Penguasa. Sambil baca semua do’a yang saya bisa. Semoga musim “gelombang bejambol” akan segera berlalu. (*)

Written by Ambaryani

Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya

unnamed

Leter Ibuku

IMG 20171223 171345 160

Menunggu