Oleh: Nur Iskandar
Nama Allahyarham Ismail Mundu harum di Kalbar. Khususnya Teluk Pakedai, Kubu Raya. Saya dari kecil akrab dengan pendiri Mesjid Batu nan keramat ini karena punya sedulur asal Teluk Pakedai. Murid Ismail Mundu adalah Haji Labbah. Anak Haji Labbah, H Rivai menikahi bibi saya Hj Siti Hasarah binti H Abdurrahman bin H Muhammad Noor. Saya sejak kecil akrab ke Sungai Gorah menyeberang dengan motor air dari Pasar Kakap. Di Teluk Pakedai belajar agama sekaligus menikmati udang galah goreng. Masya Allah…maknyos.
Tadi pagi ulama ahli tafsir KH Wajidi Sayadi ponakan Prof Dr H Baharuddin Lopa mampir ke kantor Kampoeng English Poernama setelah olahraga bersepeda. Cari cari keringat. Lalu menikmati teh panas sambil berkisah riset Ismail Mundu.
Salah satu sebab Ismail Mundu berkhalwat di Teluk Pakedai adalah Sultan Hamid II Alkadrie Sang Perancang Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila. Tarikh masehi 1948. 3 tahun penabalannya sebagai Sultan dan setahun sebelum Konferensi Meja Bundar.
Pertautan kesejarahan ini terus menantang. Sebab ada kaitan erat kerajaan kubu dengan Qadriyah Pontianak. Ada kaitan ulama Bugis dengan Mekah. Juga perjuangan atas kemerdekaan Indonesia.
Dua jam berbincang bersama KH Wajidi Sayadi. Banyak puzzle sejarah saling berpaut. Bahkan sampai ikatan Bugis sama Dayak dan Melayu. Antara kesaktian bela diri hingga jimat jompa jampi.
Kata Dr Wajidi Sayadi masih banyak PR kita untuk meneliti. Membongkar rahasia sejarah yang gilang gemilang di tanah terang matahari khaTULIStiwa nan benderang. Hayyyuk. Teliti. Tulis. Ceritakan dengan gamblang. “