Oleh : Khatijah
Jawai Selatan mayoritasnya bersuku Melayu dan Cina, jadi bukan hal yang asing lagi bagi kami tentang Cap Go Meh dan Imlek. Hal yang paling kami sukai ketika Cap Go Meh ialah berkumpulnya para Tatung di Pasar Semperiuk B seraya diarak hingga ke Pasar Matang.
Dari Tatung yang biasa saja, dalam artian Tatung yang hanya menginjak parang dan bergoyang-goyang mengikuti gendangnya, Tatung sedang dalam artian Tatung tersebut juga menginjak parang dan bergoyang plus mengasahkan pisau ke tubuhnya, dan Tatung yang luar biasa dalam artian Tatung yang menginjak parang, pisau digosokkan ke tubuh serta berbagai tusukan besi di mulutnya.
Berbicara tentang Cap Go Meh, saya teringat ketika duduk di kelas 4 SD. Waktu itu tidak ada yang tenang belajar di dalam kelas jika sudah terdengar gendang tatung dan naga. Kami tak lagi memperdulikan guru di depan, kami semua serempak keluar untuk melihatnya. Al-hasil guru mencubit semua pinggang kami. Itu hal yang tak bisa dilupakan ketika berbicara tentang Cap Go Meh.
Suara gendang tatung membuat kaki kami gatal untuk mengikutinya serta membuat mata kami pedas jika tak melihatnya.
Saya dan teman-teman sewaktu kelas 4 hingga kelas 5 SD mengikuti naga tersebut mendatangi (kami mengenalnya menyembah) setiap rumah orang Cina, sembari meminta angpau.
Di manapun naga berhenti, terik matahari tak pernah kami hindari untuk mendapat kesempatan mengambil jengot naga. Dulu, katanya siapa yang bisa mengambil jenggot naga dan dijadikan gelang maka kami adalah orang yang beruntung. Ya, itu alasan kami mengikutinya. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan benda tersebut karena jika ketahuan kami akan dimarah oleh abang-abang yang memegang tongkatnya.
Oh iya tak jarang jika Imlek, orang kami (Melayu-muslim) bermain ke rumah orang cina begitu juga jika Idul Fitri maupun Idul Adha mereka juga main ke rumah kami.
Ketika kecil saya juga ingat mencari celana atau baju yang banyak koceknya untuk mengantongkan permen enak, yang kata orang Cina itu dari Jakarta. Mendengar nama Jakarta-lah yang membuat kami antusias untuk mengantongkan permen tersebut. Itulah ceritaku ketika mendengar kata Imlek dan Cap Go Meh.
Pontianak, 16 February 2018