Berada kira-kira dua meter menempel diatas dinding, kipas angin itu berputar dengan tenaga terkuatnya, meniupkan angin segar ke seluruh penjuru ruangan siang itu. Di depannya seorang pria bergerak luwes menyampaikan materi pelatihan kepada peserta di hadapannya. Jejak keringat membasah terlihat di antara dua lengannya.
Nur Iskandar, nama pria tersebut. Ia hadir sebagai pembicara dalam agenda Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Mimbar Untan, Sabtu (26/10). Pria berusia sekitar 40an tersebut memulai pembicaraan dengan bercerita kepada para peserta. Ia mengenang masa-masa ketika berada di lembaga tempatnya mengenal dunia jurnalistik. Ia bercerita layaknya pendongeng, membius para peserta di hadapannya ke dalam masa lalunya. Peserta tampak terdiam fokus, sesekali terpancing tertawa mendengar kelucuan yang mengiringi kisah si pendongeng.
Lautan pengalaman yang ia layari sebagai wartawan, terlihat jelas dari banyaknya kisah-kisah yang ia ceritakan kepada para peserta PJTL.
Salah satu cerita tampak menarik perhatian peserta yang hadir. Nur Iskandar menceritakan kisahnya meliput berita. Lazimnya tugas wartawan adalah menjadi pencari berita, namun tidak yang terjadi pada Nur Iskandar. Ia menjadi bahan berita bagi wartawan lain. Kisah itu terjadi pada tahun 2000an, ketika Presiden Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur, beserta ibu negara Sinta Nuriyah mengunjungi Pontianak melihat pengungsi konflik yang terjadi di Kalimantan Barat waktu itu. Rombongan Presiden saat itu menuju Stadion Sultan Syarif Abdurrahman(SSA), yang menjadi area pengungsian bagi warga terdampak konflik.
Kedatangan orang nomor satu Indonesia ini disesaki banyak orang. Naluri wartawan Nur Iskandar berupaya mendekat ke arah Gusdur, berusaha mewawancarai sang presiden.” Saya berupaya menerobos ke arah Gusdur, namun terhalang Paspampres (pengawal presiden) dan ratusan orang disekitarnye,” ungkapnya kepada kami.
Melihat sulitnya mendekati Gusdur, Nur Iskandar tidak kehilangan ide. Ia melihat sebatang pohon Sungkai menjulang tak jauh dari kerumunan.”Saye panjatlah pohon Sungkai tu, saya merekam ucapan Gusdur yang bicara lewat mikrofon,” ucapnya membuat kami tersenyum mendengar kisah insting kewartawanannya.
Ternyata aksi Nur Iskandar meliput Gusdur dengan memanjat pohon tersebut, direkam oleh salah satu wartawan media Pontianak. Kejadian itu menjadi pemberitaan koran anak Jawa Pos tersebut. “saya wartawan meliput berita, malah dijadikan bahan berita wartawan lain,” ungkapnya disambut tawa peserta.
Ia mengatakan kepada para peserta bahwa rasa-rasa yang menggugah kemanusiaan merupakan nilai penting penulisan feature.”Human interest adalah bagian terpenting dari feature,” ucapnya. (Fikri RF, peserta pelatihan feature di LPM Mimbar Untan, Sabtu, 27/10/18).