in

Mengkalang, Oh… Anak Mengkalang

WhatsApp Image 2018 02 12 at 20.12.42

Oleh: Yusriadi

“Mengkalang” mungkin masih asing bagi banyak orang. Tempat ini tidak terkenal.

Saya, sebelum ini, hanya mengenal Mengkalang, samar-samar. Saya mendapat cerita tentang Mengkalang ketika berada di Dabong, beberapa waktu lalu. Kabar yang saya peroleh, Mengkalang berada di dekat Dabong.
Tempat ini katanya jauh…jauuuuh dan susah sekali. Pilihan mudahnya hanya melalui jalur sungai. Jalur darat dapat digunakan tetapi sulit.

Kami sempat “gerun” ketika memperoleh informasi bahwa sampai sekarang Mengkalang masih jadi tempat yang jauh. Pemerintah menetapkan Mengkalang termasuk daerah yang terpencil.

Dari Nyonya yang mulai mengenal Kubu saya mendapat bayangan yang lebih jelas. Mengkalang memang jauh, tetapi sekarang bisa ditempuh dengan jalan darat. Masuk lewat kebun sawit. Sawit siapa? belum jelas.
Akhirnya, Senin (12/2/18), saya dan Nyonya mendatangi desa ini. Ada kegiatan fasilitasi Bagian Kemasyarakatan Kecamatan Kubu. Saya diajak memberikan dampingan untuk anak Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Kubu.

Mengkalang menjadi jelas: tempatnya jauh dari Pontianak. Kami perlu waktu beberapa jam. Bangun pagi pukul 3, menyiapkan diri dll., setelah Salat Subuh, langsung berangkat. Sekitar pukul 5.

Perjalanan melalui Rasau Jaya, Bintang Mas, hingga Arus Deras dan Desa Ambawang. Desa Ambawang berbeda dengan Sungai Ambawang, Kuala Ambawang, atau Ambawang yang selama ini saya kenal.

Dari Ambawang, menyeberang sungai hingga sampai di areal sawit PT. Sintang Raya. PT. Sintang Raya sebelum ini cukup dikenal, terutama karena ada liputan tentang PT itu beberapa waktu lalu.

Kami melintasi jalan perusahaan itu, melewati areal pabrik, hingga sisi ujung, dan akhirnya…sampailah di Mengkalang Jambu, setelah itu Mengkalang.

Jalan yang dilalui, secara umum sesuai cerita. Lubang, pasir dan debu.

Apalagi jika musim hujan, minta ampunlah pokoknya. Becek dan licin. Teman Nyonya yang bertugas di Mengkalang sejak November 2018, sudah berkali-kali jatuh saat pulang pergi Pontianak – Mengkalang. Kesiannn.

Tiba di desa ini, saya lihat jalan kampungnya sudah bersemen, lebarnya antara 1 meter lebih. Listrik, lebih sering hanya malam. Sinyal, datang hilang, ikut macam listrik.

Saya lihat anak-anak SMPN 8, semangatnya luar biasa. Mereka ramah, agak ribut, tapi pemalu dan sopan. Mengesankan. Seperti diduga, mereka seperti tipologi orang-orang yang tinggal di lingkungan tertutup: ramah dan menarik.

Hebatnya, mereka memiliki cita-cita besar dan tinggi. Ada yang ingin jadi penulis, dokter, tentara, guru, chef, dan lain-lain.

Cita-cita ini menyentuh perasaan saya. “Oh… anak Mengkalang”.

Pertanyaan kecil muncul, dengan kondisi “terpencil dan terbatas” seperti ini apakah cita-cita hebat itu bisa terwujud? Bisakah mereka bersaing dengan anak-anak dari dunia lain?

Setakat ini saya berdoa saja. Semoga setelah ini, tempat yang jaraknya sebenarnya hanya lebih kurang 50 kilometer dari Rasau Jaya, mendapat perhatian yang selayaknya mereka terima sebagai warga bangsa ini. Mudah-mudahan perhatian ini memuluskan anak Mengkalang menggapai cita-citanya. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

dsc 0570 800x536 shkl

Akhir Pekan Lelong Tani Makmur

WhatsApp Image 2018 02 12 at 20.25.14

Menuju Mengkalang