Oleh: Farninda Aditya
“Menulis dengan Mulut, Membaca dengan Telinga”. Begitulah kata Pak Maharani, M.Pd.
Ada yang bingung? Upss jangan sampai kalah dengan Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang usianya sebagian mau capai setengah abad. Ditambah rutinitas yang padat. Tapi, menyoal menulis dan membaca tetap semangat.
Sesi materi Pak Maharani, M.Pd., memang penuh keseruan. Seru, dibalut Ilmu. Membaca dan Menulis menjadi tak “seseram” yang dibayangkan, katanya.
Speechnotes dan Voice aload menjadi bahan jitu yang membuat Workshop Penyusunan Rencana Aksi serius tapi santai. Dan, sesi ini kaya IT.
Pak Maharani, tak membedakan tua-muda. Ia yakin, tiap peserta dapat menjadikan literasi sebagai bagian rutinitas. Ia mengajak peserta membuka play store, mengunduh aplikasi, menunjukkan guna ini itu, hingga akhirnya peserta bisa Menulis dengan Mulut, Membaca dengan Telinga.
Saat aplikasi Speechnotes itu berhasil diinstal, rasa penasaran tiap peserta memang tak dapat dirundung.
“Ini bisa dipakai buat wawancara pejabat ya, eeeeh tertulis di sini”, kata satu peserta. Takjub pembicaraannya tertulis di hapenya.
“Kalau kita latah cikolot e cikolot ikut juga lah. Eeeeh ngikut dia nulis”, kata peserta yang lain.
Begitu juga saat aplikasi voice aload berhasil dibuka. Peserta menyalin tulisan di laman apl., Teks pun dibaca. Lalu, suara “kakak-kakak” yang biasa di google-youtube bersahut-sahutan di ruangan.
“Abes nafas orang ni bace. Tak Ade Ade tande bace dalam aplikasi ni”, kata Pak Maharani sebelum menutup sesinya.