Oleh: Mita Hairani
Jumat, 8 November 2019, seluruh mahasiswa peserta Rumah Literasi dan Rumah Qur’an tidak masuk ke kelas seperti biasanya karena diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Fakultas. Hari itu Prodi SAA FUAD mengadakan, Workshop Resolusi Konflik dan Mediasi dengan tema Tren Baru Peta Konflik dan Dialog sebagai resolusi strategis.
Workshop ini dibuka oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Syarif, MA dan dimulai sekitar pukul 08:15 WIB. Cukup banyak hal yang disampaikan oleh pemateri tentang konflik dan resolusi konflik. Para mahasiswa juga terlihat atusias menyimak materi yang diberikan.
Pemateri menjelaskan bahwa pada dasarnya konflik dalam kehidupan itu inharen. Tak ada kelompok masyarakat yang tak memiliki konflik. Dunia bisa maju antara lain karena konflik begitupun sebaliknya, dunia juga bisa hancur disebabkan konflik.
Konflik dapat ditemukan dalam berbagai bidang seperti keagamaan. Menurut pemateri, konflik keagamaan bisa positif bisa juga negatif, jadi tugas kita bukan menghilangkan, namun mengelolannya agar dapat menjadi berdampak positif. Beliau mencontohkan jika ada konflik atau ketidakcocokan pendapat antar pengurus dalam sebuah pesantren, bisa saja salah satu pengurus mendirikan pesantren baru. Hal ini merupakan dampak positif dari konflik yang dikelola dengan baik dan memang kasus seperti ini hadir di tengah-tengah kita.
Konflik memang sering dipandang negatif bagi banyak orang karena biasanya akan menimbulkan dampak yang merugikan. Sekarang tanggal 8 November 2019 Kalimantan Barat sudah dapat dikatakan aman dan sudah bisa memberikan workshop tentang resolusi konflik kepada mahasiswa FUAD yang terdiri atas masyarakat plural. Boleh jadi di tanggal yang sama, yakni 8 November 1997 Kalimantan Barat sedang mengalami konflik etnis, karena memang pada tahun tersebut terjadi konflik yang besar antar etnis di Kalimantan Barat. Jadi workshop tentang resolusi konflik ini memang sangat dibutuhkan melihat sejarah konflik di Indonesia, khususnya Provinsi Kalimantan Barat.
Mudah-mudahan dengan mengikuti kegiatan tersebut peserta Rumah Literasi memiliki wawasan yang. lebih luas dan berguna untuk bahan menulis. (*)