Oleh: Nursilan
Pada malam Rabu sebenarnya adalah agenda kami briefing mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. Namun ternyata kegiatan diundur karena ada acara pembacaan doa memperingati hari tanggal lahir salah satu anak Kyai kami, Zuhroh Zakiatur Raihan.
Peringatan hari tanggal lahirnya Zakiatur Raihan berbeda dengan perayaan-perayaan ulang tahun biasanya. Kalau di luar mungkin ada yang namanya pemotongan tumpeng, nyanyi-nyanyian ulang tahun, menggunakan topi segitiga namun di sini kami memperingati hari lahir dengan ala Santri.
Diawali dengan membaca basmalah lalu kemudian kata sambutan dari orang tua yakni Kyai kami, kemudian pembacaan doa. Di dalam pembacaan do’a, terdapat permohonan dipanjangkan umur, dimurahkan rezeki, disehatkan badannya, diberkahi ilmunya, umurnya, rezekinya dan lain-lain.
Setelah pembacaan doa, kami makan bersama. Nah, makan bersama ini berbeda dari biasanya. Kami menggunakan talam atau ceper di atasnya ada nasi goreng, ayam racik dan timun. Biasanya kami sebut dengan ala santri, karena aksesorisnya tidak meriah alias ala kadarnya.
Kemudian masing-masing santri dibagikan 1 kantong plastik yang berisikan cemilan atau roti-roti zaman dahulu, ada roti jaipong, ada roti tama, ada permen cup- cup.
Sungguh mengingatkanku pada zaman dulu-dulu yang serba murah, ada roti jaipong yang harganya 250 rupiah, ada permen gula-gula seharga 25, ada Indomie Sakura, Indomie Kapuas harganya 500 rupiah. Walaupun harganya murah, semuanya sungguh luar biasa dan nikmat.
Jauh sudah perjalanan hingga saat ini, sehingga jarang ditemukan lagi indomie kapuas, indomie sakura, Gulali, roti gambar, coklat panjang, coklat colek.
Pontianak, 22/2/18