Teraju, Untan
Menjelang 70 tahun usia guru besar sosiologi Universitas Tanjungpura, Prof Dr H Syarif Ibrahim Alkadrie, M.Sc awal September 2016, akan diluncurkan buku berjudul Kebudayaan Interaksi Sosial, Konflik dan Rekonsiliasi. Buku ini merupakan bunga rampai dari sejumlah tokoh akademis dalam dan luar negeri sebanyak 600-an halaman.
Rencana launching awal September sedang dimatangkan oleh Alkadrie Centre sebuah lembaga yang dipimpin dan didirikan oleh Prof Syarif dan bersekretariat di kediaman beliau.
Bertindak selaku editor buku sejumlah penulis antara lain Dr Zainuddin Isman, M.Phil, Dr Yusriadi, Turiman Faturrahman Nur, M.Hum, Anshari Dimyati, SH, MH dan Nur Iskandar, SP. Adapun kepanitiaan peluncuran buku dipimpin oleh Dr Fatmawati yang juga pengajar di Program Pasca Sarjana FISIP Untan.
Tempat peluncuran buku menurut rencana di Gedung Rektorat Untan melibatkan undangan kolega, keluarga dan mitra Prof Syarif Ibrahim Alkadrie. Terutama civitas akademika Universitas Tanjungpura.
Prof Syarif dalam setiap kesempatan kerap kali menekankan perlunya semangat akademik dalam kiprah guru besar maupun para master serta doktor. “Penulisan buku adalah wujud konkret dari penuangan semangat akademik tersebut. Saya terus menggalakkan hal tersebut, antara lain membudayakan peringatan ulang tahun dengan peluncuran buku. Apalagi pada umur 70 tahun,” ungkapnya.
Prof Syarif dikenal sebagai pencetus lahirnya program pascasarjana sosiologi dengan tujuan resolusi konflik. Kepeloporannya sampai kini dinikmati tidak hanya berupa peningkatan mutu SDM di Kalbar tapi juga dalam hal resolusi konflik terasa agen perdamaian di Kalbar semakin banyak. Apalagi melibatkan unsur lintas etnis.
Prof Syarif juga dikenal di dunia internasional karena hipotesa 2020. Hipotesa yang mengingatkan potensi konflik di Kalbar bisa pecah pada 2020 sesuai data yang selama ini terjadi. Namun 2020 tak akan pecah konflik bilamana syarat terjadinya hal tersebut tak terpenuhi. Salah satu syarat itu adalah otonomi daerah dilaksanakan dengan sepenuh hati. (nuris)