in

Peringatan Hari AIDS Sedunia, Begini Potret HIV-AIDS di Kalbar

IMG 20191210 121855 889
Foto: https://www.healthynewbornnetwork.org/event/world-aids-day-2019/

Oleh: Arif Rahman, S.Tr.Stat.

Setiap tanggal 1 Desember di peringati sebagai Hari AIDS Sedunia. Tujuan dari peringatan tahunan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap penyakit AIDS yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Jika HIV adalah suatu virus, maka AIDS sendiri merupakan kondisi saat infeksi HIV sudah pada stadium akhir. Pada tahap tersebut, kekebalan tubuh sudah hilang sepenuhnya, sehingga sama sekali tak bisa melawan infeksi.

Tahun ini, peringatan Hari AIDS Sedunia mengangkat tema “Komunitas Membuat Perbedaan”. Tema ini masih merupakan rangkaian tema pada tahun sebelumnya yaitu “Saya Berani Saya Sehat” yang bertujuan ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

Sejarah Peringatan Hari AIDS Sedunia

Hari AIDS sedunia pertama kali diperingati pada tahun 1988. Ide untuk melaksanakan peringatan tersebut awalnya diusulkan oleh dua orang petugas informasi publik, James Bunn dan Thomas Netter pada tahun 1987. Pada saat itu mereka turut aktif sebagai humas di World Health Organisation (WHO). Lalu, Bunn dan Netter mengajukan ide tersebut kepada Jonathan Mann, Direktur Program Global terkait AIDS di WHO.

Pada 1988, WHO menetapkan 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia. Alasan dipilihnya tanggal tersebut yaitu agar mendapatkan peliputan maksimal dari media, terutama setelah berakhirnya Pemilu Amerika Serikat namun sebelum berlangsungnya libur Natal. Saat itu, stereotip yang berkembang yaitu penderita AIDS identik dengan gay, biseksual atau pengguna narkoba suntik sehingga sebagian besar masyarakat belum memahami bahwa AIDS bisa dialami oleh siapa pun.

Pada peringatan Hari AIDS Sedunia yang pertama, fokusnya ialah kepada anak-anak dan remaja. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih besar tentang dampak AIDS terhadap keluarga, bukan hanya kelompok-kelompok yang selama distigmatisasi.

Pada 1996, kampanye Hari AIDS Sedunia diambil alih oleh program gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS), demi memperluas cakupan proyek kampanye. Selanjutnya, pada tahun 2004, kampanye AIDS sedunia terdaftar sebagai organisasi nirlaba independen yang berbasis di Belanda.

Kasus HIV-AIDS di Kalbar

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada periode Januari hingga Juni 2019 saja, sudah tercatat lebih dari 22.600 kasus infeksi HIV dan tidak kurang dari 2.912 kasus AIDS di Indonesia. Di Kalbar sendiri, pada periode yang sama sudah ditemukan sebanyak 283 kasus HIV, dengan 41 kasus di antaranya sudah positif AIDS. Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam sehari setidaknya ada 1 sampai 2 orang yang terinfeksi virus HIV di Kalbar selama tahun 2019.

Sementara itu, menurut data kumulatif dari pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 hingga Juni 2019, di Kalbar ada sekitar 7.398 kasus HIV, dengan 2.736 kasus di antaranya positif AIDS. Jumlah tersebut adalah yang paling tinggi jika dibanding dengan provinsi lain di pulau Kalimantan. Kemenkes juga mencatat, sejak tahun 1987 ada sebanyak 317 orang yang telah meninggal dunia karena kasus AIDS di Kalbar.

Adapun kabupaten/kota dengan jumlah pengidap AIDS tertinggi adalah Kota Pontianak (963 kasus), diikuti Kabupaten Sambas (733 kasus), Kota Singkawang (378 kasus), Mempawah (158 kasus), Bengkayang (156 kasus), Landak (110 kasus), Sanggau (91 kasus), Sintang (64 kasus), Ketapang (42 kasus), Kapuas Hulu (19 kasus), Sekadau (10 kasus), Melawi (8 kasus). Sementara itu, Kabupaten Kayong Utara dan Kubu Raya belum ada laporan kasus orang yang mengidap penyakit AIDS.

Perlu diingat bahwa kabupaten yang tidak ada laporan kasus HIV-AIDS bukan berarti daerahnya terbebas dari penyakit tersebut. Justru daerah yang banyak laporan kasus HIV-AIDS mununjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit HIV-AIDS sudah tinggi. Oleh karena itu, dengan adanya laporan kasus HIV-AIDS maka dapat dilakukan penanganan dini yang tepat agar penyakit tersebut tidak semakin parah.

Pencegahan dan Pengendalian HIV-AIDS

Menurut Kemenkes, upaya pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS bertujuan untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, yaitu tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Selanjutnya, dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS, Kemenkes melakukan strategi Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP). Suluh melalui edukasi hendak dicapai 90 persen masyarakat paham HIV, Temukan melalui percepatan tes dini akan dicapai 90 persen ODHA tahu statusnya, Obati 90 persen ODHA segera mendapat terapi ARV, dan Pertahankan 90 persen ODHA yang ART tidak terdeteksi virusnya.

Selain itu, Kemenkes juga mengingatkan 5 hal yang harus selalu diingat oleh masyarakat yaitu pertama, bagi yang belum pernah melakukan perilaku berisiko, pertahankan perilaku aman (dengan tidak melakukan perilaku seks berisiko atau menggunakan narkoba suntik). Kedua, bila sudah pernah melakukan perilaku berisiko, lakukan tes HIV segera! Bila tes HIV negatif, tetap berperilaku aman dari hal-hal yang berisiko menularkan HIV. Ketiga, bila tes HIV positif, selalu gunakan kondom saat berhubungam seksual, serta patuhi petunjuk dokter dan minum obat ARV, agar hidup tetap produktif walaupun positif HIV. Keempat, jika bertemu ODHA, bersikap wajar dan jangan mendiskriminasi atau memberikan cap negatif, dan berikan dukungan. Kelima, jika berinteraksi dengan ODHA, jangan takut tertular, karena virus HIV tidak menular baik itu melalui sentuhan, keringat, maupun berbagi makanan. HIV hanya menular melalui cairan kelamin dan darah.(Penulis: ASN di BPS Kabupaten Sekadau)

Written by teraju.id

IMG 20191210 103137 275

Yudi Latif Tampil di Rumah Melayu

IMG 20191210 170617 261

Hari Ini, Calon Duta Literasi FUAD Kunjungi Pusat Media Damai