Oleh: Saripaini
Setelah beberapa hari menghabiskan waktu liburan di rumah bersama laptop, TV dan sejumlah pekerjaan rumah. Sore itu tiba-tiba saja aku ingin makan kue. Kalau di kampus si itu hal yang biasa dan mudah saja, tinggal pergi ke kantin dan beli. Tapi kalau di rumah sangat berbeda, mau beli di mana? Tidak ada warung yang menjual jajanan kecuali snack, dan aku tidak ingin makan ringan itu.
Seperi biasa jika ingin makan, aku ke dapur dan buka kulkas. Di dapur tak ada kue atau buah yang bisa kumakan. Tapi ada setoples tepung dan di kulkas pasti ada telur si penghuni wajib dan ada beberapa botol pewarna makanan. Cuma itu.
Oke, manfaatkan apa yang ada. Tak menunggu waktu lama untuk berpikir, aku mencampurkan tepung dan air. Ya, aku ingin membuat dadar gulung.
Batang burok atau yang lebih dikenal dengan dadar gulung merupakan salah satu kue khas Melayu, tergolong kue tradisional yang masih sangat mudah untuk dijumpai sebagai jajanan ringan di warung-warung kecil atau di kantin.
“Nak kemane Long,” tanya Isa adikku, keheranan melihatku keluar dari rumah seolah aneh.
“Ngambil daon pisang, nak buat dadar gulung.”
“Isinye kelapa ye!”
“Gampang la, asalkan kelapanye dikupak,” jawabku sekaligus memberi kode pada bapak untuk mengambilkan kelapa.
Aku melanjutkan langkah kaki, sorot mata sudah berganti arah mencari-cari pohon pisang terdekat untuk mengambil daunnya sebagai alat untuk mengolesi minyak ke kuali agar dadar tak lengket. Biasanya emak menggunakan kelapa yang belum diparut, tapi karena kelapanya belum ada aku memilih pakai daun pisang, emak juga biasa menggunakan itu.
Kue yang berbahan dasar tepung ini sangat identik dengan isi inti (kelapa yang telah dicampur gula merah) ya, tentu rasanya manis tapi tak seluruhnya hanya bagian inti. Bahan-bahan yang diperlukan tak sulit yakni tepung, air, kelapa dan gula merah atau gula putih (sesuai selera). Cara membuatnya juga tak sulit dan ribet oleh sebab itu aku memilih membuat kue itu. Lumayan buat cemilan ngumpul keluarga di sore hari.
Senin, 22 Januari 2018.