Oleh: Farninda Aditya
Sekitar jam 9 pagi, Mak Dukun Beranak pun datang. Proses urut dimulai. Sebelumnya, kain yang 7 helai itu dilipat, disusun satu persatu. Lalu dibaringkan, pada posisi di bawah pinggul.
Urutan dimulai dari kaki, lalu perut. Saat Mak Dukun mengurut perut ia bilang, “Ini cewek”.
Menurutnya, calon bayi saat diangkat lebih lembut, atau lebih mudah. Urutan ini dilakukan untuk mengetahui posisi janin. Apakah itu nyungsang-kaki di atas-, lintang, atau normal. Menurut Mak Dukun, posisi janin bagus, yakni normal. Kepala di bawah.
“Sudah banyak yang dibantu Bu, tangan pun sudah hapal”, ceritanya lagi pada Emak yang mendampingi.
“Kalau cewek tu Buk, urat-urat emaknye pun lembut. Kalau laki-laki, uratnya terek. Keras. Kalau diangkat lebih susah”.
Perihal dikatakan calon bayi adalah laki-laki atau perempuan memang sudah sering didengar. Saya juga diprediksi perempuan. Ciri-cirinya, kulit tidak jerawat, kulit lebih bersih katanya. Kalau dari mitos kedutan, janin lebih sering berkedut sebelah kiri adalah perempuan. Bentuk perut pun lebih datar tidak lonjong. Selain mitos ini, urutan saat 4 bulan lalu pun dikatakan perempuan. Hanya saja, saat di USG posisi bayi masih menyulitkan untuk disensor.
Setelah urut perut dilanjutkan urut pada badan posisi miring ke kiri. Tangan disilang, lalu ditarik, kemudian “kreek”, bunyi serempak. Kemudian diurut badan sebelah kanan. Duduk, urut pundak belakang. Leher dihadap ke kiri “kreek”. Kanan “kreek”.
Di akhir urutan, calon ibu diminta mengangkat pinggul-kaki, agar kain yang ditidurkan tadi bisa ditarik. Kain digoyang-goyang. Ditarik lalu dilempar ke kanan.
“Semoga selamat, enak, Ibu Halimah hanya usaha, diserahkan semua pada Allah”, begitu kata Mak Dukun Beranak di setiap kali melenggangkan kain.
“Kainnya jangan dilipat sampai mandi selesai”, pesannya. Maka, kain yang dilempar tadi 5 saja di kamar. (lanjut)