Oleh: Dr Leo Sutrisno
Hari ini, selain para tamu biasa, yang meminta nasehat, Pak Tua juga mendapat tamu seorang anak-anak. Kabarnya ia memiliki IQ di atas 150. Jika benar, tentu ia sangat cerdas.
Memang benar, tampaknya. Ia terlibat diskusi hangat dengan Pak Tua tentang banyak hal. Tidak terkecuali hal-hal yang berhubungan dengan pandemi yang sedang dialami saat ini.
Dari sumber-sumber yang digunakan untuk berargumentasi menunjukkan bahwa bacaan anak itu sangat beragam dan mutakhir. Misalnya, ia berpendapat bahwa pandemi ini, di negara kita, akan lebih cepat mereda dibandingkan negara-negara Barat.
Ia mengutip berbagai hasil penelitian terkini tentang pengaruh suhu dan kelembaban udara pada waktu masa aktif virus. Katanya, ada korelasi negatif antara suhu dan kelembaban udara dengan masa waktu aktif virus. Semakin tinggi temperaturnya semakin cepat virus inaktif. Demikian juga kelembaban udara.
Karena diskusinya seru, tak ada tamu lain yang berusaha menyela. Kebetulan ada tamu lain yang datang dari jauh. Ia sedang minta nasehat Pak Tua agar dapat ‘menyalip’ kenaikkan pangkat beberapa koleganya.
Mungkin karena sudah tidak sabar lagi atau ingin segera kembali untuk ‘work from home’, ia menyela diskusi antara Pak Tua dan anak itu.
“Pintar di masa anak-anak belum tentu sukses karirnya di kemudian hari. bahkan banyak yang justru gagal”
Pak Tua mengangguk-angguk. Entah setuju entah tidak. Tamunya, si anak pintar, agak terkejut mendengar itu. Tetapi tidak lama kemudian, ia merespons dengan tenang, “Saya kira ketika masih anak-anak, Bapak termasuk anak pitar, ya?”
Si penyela tadi segera minta pamit. Ia ingin secepatnya meninggalkan pertemuan itu.
Masa akhir Wabah Covid-19 belum tahu kapan. Mari kita tetap menjaga kesehatan masing-masing dengan rutin berjemur dan menjaga udara ruangan tidak kering. Semoga!
LS; Pakem Tegal, 29 April 2020