in

Belajar Pancasila dari Sultan Hamid II Sang Perancang Lambang Negara

WhatsApp Image 2020 02 24 at 09.04.23

Oleh: Turiman Fachturahman Nur

Terpaksa Prof Yudian saya ajari memahami Pancasila yang benar dengan semiotika hukum, status hukum Pancasila saat ini hanya sekedar sumber segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2011) tidak lebih dari itu, status hukumnya hanya dasar negara, filosofis bangsa dan ideologi negara tidak lebih dari itu (penjelasan Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2011),.

Ketika Pancasila jadi identitas nasional, maka direpresentasikan kedalam Perisai Pancasila dengan diwujudkan simbol kedalam lima buah ruang Perisai dalam lambang negara, dasar Ketuhanan Yang Maha Esa disimbolkan dengan NUR ATAU CAHAYA DILETAKKAN DITENGAH PERISAI DENGAN MENGAMBIL BENTUK BINTANG BERSUDUT LIMA, (Pasal 48 ayat 2 Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009) sebagai perwujudan Pasal 29 Ayat 1 UUD Neg RI 1945 yang berbunyi Negara Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam agama Islam itulah Tauhid, mengapa dilambangkan dengan CAHAYA, yang merupakan sumbangan Mohamad Natsir kepada Sultan Hamid II ketika merancang Perisai Pancasila dan diletakan ditengah perisai warna hitam atau warna alam, agar bangsa Indonesia diberi Cahaya Tuhan Yang Maha Esa, agar sila ke 1 ini menjadi Cahaya bagi empat sila lainnya.

Karena Bangsa ini Merdeka Atas berkat Rahmat Allah dan didorong keinginan luhur, oleh karena itu bentuk CAHAYA itu berbentuk bintang bersudut lima agar bisa jadi bintang pemandu bagi lima sila dari Pancasila,jadi jika mau paham Pancasila belajar dengan Sultan Hamid II yang merancang lambang negara yang salah satu bagian lambang negara itu Perisai Pancasila karena pesan Presiden Soekarno kepada Sultan Hamid II agar lambang yang dirancang itu bisa mensimbolkan Pancasila oleh karena itu simbol dasar Ketuhanan Yang Maha Esa disimbolkan dengan CAHAYA, pertanyaannya masihkah bangsa ini dibawah Cahaya Allah.

Masihkah nilai nilai ketuhanan, seperti kejujuran,keadilan dan kebenaran dst, masih melekat di bangsa ini, masihkah Sila Pertama menjadi cahaya bagi empat sila lainnya, sekarang sila kedua dasar kemanusian yang adil dan beradab disimbolkan dengan kalung rantai jumlahnya 17 diletakan dikanan bawah perisai Pancasila dengan berbentuk persegi dan lingkaran, (pasal 48 ayat 2 UU Nomor 24 Tahun 2009),

Simbol persegi itu mewakili laki laki dan lingkaran mewakili perempuan, diambil darah tanah Kalimantan kalung etnis Dayak, maksudkan laki laki dan perempuan itu sejajar dibangsa ini, hak dan kewajiban sama di didalam negara ini, menjadi manusia yang beradab dan yang adil, masih beradabkah dan masih adilkah sesama anak bangsa terutama para pemimpin bangsa saat ini?

Selanjutnya dasar Persatuan Indonesia dilambang dengan pohon beringin diletakkan di atas Kanan perisai Pancasila (pasal 48 ayat 2 UU nomor 24 Tahun 2009) simbol ini diambil dari tanah Jawa, lihat beringin di alun alun Kesultanan Yogyakarta, dialun alun itulah rakyat Jawa mengajukan aspirasi kesultan, simbol persatuan Rakyat dengan Pemimpin, masihkah rakyat dengan Pemimpin bersatu atau sudah terpecah belah persatuan Indonesianya, siapakah saat ini yang memecah belah?

Kemudian dasar Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, disimbolkan dengan kepala banteng, diletakan di kanan kiri atas perisai, simbol ini sumbangan M Yamin yang diapresiasi oleh Sultan Hamid II ketika merancang Perisai Pancasila, diambil dari tanah sumatera lihatlah rumah gadang ada diatasnya tanduk kerbau, dan rumah gadang adalah simbol demokrasi asli bangsa Indonesia dirumah gadang itulah bermusyawarah ninik mamak dengan pemuka agama, adat bersendi syara dan syara bersendi kitabullah, masihkah ada hikmah dan kebijaksanaan di bangsa ini yang didasari nilai Ketuhanan, kemanusiaan, dan nilai persatuan?

WhatsApp Image 2020 02 24 at 09.04.41

Terakhir dasar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, disimbolkan dengan padi dan kapas diletakan di kiri bawah perisai Pancasila, diambil dari Indonesia timur, padi lambang kesejahteraan Pangan, bagaimana dengan beras bangsa ini masih impor, semua produk pangan hasil impor, kapas lambang pakaian,bagaimana bahan dasar pakaian masih impor, rakyat itu cukup sejahtera sandang dan pangan, sudahkah sejahtera belum rakyat dan berkeadilan sosial belum?

Coba mengapa membaca sila sila Pancasila di perisai dibaca melingkar atau berthawaf, ini sebuah pesan agar bangsa ini selalu evaluasi masa lalu, masa kini dan untuk menata masa depan bangsa. Agar jangan lupa peradaban bangsanya, dan perisai tersebut dikalungkan keleher sang elang Rajawali Garuda, maka disebut Garuda Pancasila karena lambang ini representasi dari dasar Pancasila, tetapi mengapa dibenturkan dengan agama, musuh Pancasila adalah saat ini agama.

Prof, belajar dasar Pancasila dimana prof, lalu bikin lagi salam Pancasila, lihatlah mengapa sang Rajawali Garuda Pancasila menoleh ke kanan dihadapan prof, hal itu diambil dari adab bahwa kanan itu sesuatu yg baik dan salam kekanan dalam sholat itu hukumnya wajib, prof mau mendahulukan yang wajib atau yg Sunnah dahulu, yg wajib itu mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi yang terjadi prof “membodohi anak bangsa” palasia lagi kesesatan berpikir dan keracunan berpikir, mengganti Assalamu’alaikum warahmatullahi dengan salam Pancasila ajaran darimana prof, yang mau lima salam sekaligus dan satu salam silahkan jangan diatur atur itu hak pribadi, belajar dahulu dengan Sultan Hamid II yang mampu menjabarkan sila sila Pancasila dalam perisai Pancasila dan cara membaca secara semiotika hukum terhadap dasar negara sebagaimana dipesan Presiden Soekarno.

Lihat pidato presiden tentang lambang negara RI 22 Juli 1958 dihadapan senat mahasiswa seluruh Indonesia di Istana Negara, BPIP ini badan Pembina Ideologi Pancasila atau sudah jadi instrumen penghancur Pancasila atau sudah berubah jadi Badan Pemberangus Ideologi Pancasila, belajar prof malu sama Sultan Hamid II yang merancang lambang negara RI yang smart membaca pesan Presiden Soekarno.

Written by teraju.id

WhatsApp Image 2020 02 23 at 19.02.20

Jejak Mayor Kwee Hoe Toan di Parit Mayor

400

Membangun Indonesia dari Desa