Oleh: Paulus Florus
Melihat tampang kebanyakan yang ditayangkan atau foto, yang berdemo dalam 2 hari ini nampaknya bukanlah semua buruh alias pekerja di perusahaan-perusahaan.
Jika itu para mahasiswa atau pelajar, benarkah mereka berjuang sebagai wujud solidaritas kepada kaum buruh? Atau ada motif lain?
Masalah perburuhan di negara kita memang masih rumit. Masih banyak pemilik perusahaan yang egois minta ampun, mau dapat untung sebesar-besarnya dengan mengeksploitasi tenaga kerja murah. Upah diusahakan serendah mungkin. Sebagian itu untuk menutupi berbagai biaya siluman yang harus dibayar demi memuluskan ijin dan menjaga keamanan. Ada preman sangar seram dan preman berdasi yang haru selalu disopoi supaya usaha aman.
Di satu pihak, para perkerja/karyawan/buruh banyak yang bermentalitas kuli murni. Suka menuntut kenaikan gaji, tetapi malas bekerja. Kalau tak ada atasan yang sedang mengawasi, mereka mulai santai dan ngerumpi. Kinerja rendah. Hak terus diperjuangkan, tetapi kewajiban dilalaikan.
Sebenarnya, kalau pemilik usaha dan para buruhnya bersikap sama, tidak perlu ada tuntut-menuntut dan tekan menekan. Perusahaan terbuka tentang berapa persen dari laba kotor yang menjadi hak buruh (untuk gaji). Persentase yang wajar sesuai prinsip-prinsip kesehatan manajemen. Para buruh hendaknya sadar, kalau mau kenaikan gaji, harus bergiat meningkatkan laba perusahaan. Kesepakatan itu diterapkan dengan jujur. Tidak perlu demo.
Segala kerumitan itulah yang membuat ekonomi bisnis kita berjalan di tempat. Presiden Jokowi, kabarnya geram dengan segala kerumitan perijinan dan beaya siluman itu, Maka disusunlah Omni Bus Law. Itu untuk awal perubahan. Ya, kita memang sangat memerlukan perubahan. Apakah pasti menjadi semakin baik? Belum tentu. Omni Bus Law jelas lebih baik sebagai sistem hukum. Kita bersyukur dan berharap praktiknya juga akan baik. Dan membawa perubahan secara menyeluruh, khususnya dalam perbaikan sistem dan paradigma perekonomian kita. (*Penulis adalah kolumnis yang merupakan tokoh pergerakan Credit Union. Kini memimpin CU Bahtera di Pontianak).