Oleh: Khairul Fuad
Selepas pindah kost dekat P.P. Al-Munawwir Krapyak di sekitaran Jogokariyan Yogyakarta, bernama Al-Kindy, menjadi penerima koran lungsuran dari Bapak Kost, (alm) Bapak Soewardo, untuk dipasang di majalah dinding yang terbuat dari plastik. Koran arus utama kemarin dipasang hari ini, sedangkan untuk koran lokal dipasang hari ini, sekaligus menjadi wahana alih informasi kawan-kawan kost sebelum bangkitnya media sosial seperti sekarang ini. Alih informasi akhirnya semakin menjangkiti saat menjadi penerima koran lungsuran tersebut dengan menuntaskan kenikmatan sesaat sebelum kenikmatan kembali terpaparkan di majalah dinding.
Kenikmatan itu terpumpun pada Opini yang ditawarkan pada halamannya, disuguhkan oleh nama-nama dengan maqam khawasnya. Mungkin satu nama yang teringat, Francis Fukuyama dengan End of History-nya pada urutan atas tata-letak halamannya. Nama-nama lain, tentunya dengan maqam khusus, juga mewarnai lembaran Opini, termasuk sempat fatwa mengerikan mampir kepada Ulil Abshar Abdalla, sekarang lurah pondok daring Ngaji Ihya, gegara wacananya dimuat pada halaman Opini.
Istilah-istilah spiritual diketahui melalui tulisan ilmiah bebas Komarudin Hidayat yang dimuat di Opininya. Demikian juga, sastra menjadi bagian dari kebenaran dan sejarah kombinasi mengingat dan melupakan diperoleh dari wacana Opininya. Pada gilirannya, terbersit untuk mewarnainya dan hanya sebatas terbersit saja, sepertinya utopia semata tanpa bentuk. Ternyata hanya cukup penikmat saja dan kini pun justru semakin tergerus sebagai penikmat.
Saat kini juga (9/9/2020) justru sang pembawa nikmat, jika dikonversikan dalam bahasa Sufi, sang saqi pembawa baki kenikmatan untuk direngkuh, telah berpulang untuk selama-lamanya, hanya tersisa Opini yang justru sisa-sisa saja dalam ingatan.
Sudut Warkop 090920