in ,

Serangan Militer Aleppo dan Pelajaran Damai dari Kalbar

IMG 20160927 062117 540

Oleh: Nur Iskandar *

Kemarin, edisi Senin, 26/9/16 saya membaca ‘second headline’ Kompas tentang eskalasi militer di Suriah yang membuat PBB terbelalak kaget. Serangan militer oposisi yang didukung Rusia dengan maksud menguasai Aleppo Timur menjatuhkan korban sipil sampai 100 orang.

Kehancuran gedung jangan tanya lagi hancur-luluh dengan kerugian triliunan. Sementara itu dua juta penduduk kehilangan sumber air bersih, fasilitas kota, dan juga maut senantiasa mengintai mereka setiap saat.

‘Kagak kebayang’ bagaimana kalau kita tinggal di Aleppo-Suriah?! Inilah bencana buatan manusia jika suka bertikai antarasesama, berselisih, dan berebut sumber-sumber ekonomi tanpa azas keadilan. Negara dipecah-belah. Sementara negara maju datang buat berdagang senjata sekaligus mereguk sumber daya negara yang dibantunya. Dalam hal ini koalisi Rusia vs koalisi AS.
***

Sedari kecil saya sudah membaca berita-berita tentang perang Timur Tengah. Sewaktu SD (1980-1986) saya sudah membaca tentang perang PLO di Palestina vs Israel. Sampai sekarang Palestina-Israel tak pernah reda dengan perang. Bahkan semakin menggila perang ‘merekahnya mawar’ di padang pasir. Lihat peristiwa di Mesir. Lihat ISIS.

Lalu saya bertanya, “Apakah sedikit orang pinter dunia yang bisa menyerukan damai? Apa tak cukup agama-agama langit diturunkan untuk sampel hidup damai? Apa tak cukup teladan para Nabi dan Rasul yang jumlahnya 25 atau puluhan ribu bahkan ratusan ribu itu? Aneh….rasanya banyak orang pintar dan benar, namun kalah dengan agresi dendam dan nafsu kekuasaan sampai mabok, rela membunuh anak yang masih dalam kandungan….membunuh harapan–bahkan membunuh generasi emas sendiri?”
***

Nah, saya bersyukur hidup di Tanah Kalimantan. Saya pikir, kita warga Kalimantan adalah warga pembelajar yang cerdas. Kita “bosan” dengan perang berdarah-darah karena beda budaya dan beda etnis. Kita sejak 15 tahun terakhir sudah bisa ‘power-sharing’.

Contoh di Kalbar. Gubernur Cornelis itu Dayak/Katolik, wakilnya Christiandy Sanjaya itu Tionghoa/Kristen Protestan, dan Sekda-nya MZ Hamdy Assovie itu Melayu-Arab/Islam. Ini koalisi yang baik sekali. Cermin keindonesiaan yang diikat seloka Bhinneka Tunggal Ika.

Lalu lihatlah 15 tahun terakhir kita sudah bisa membangun. Jembatan Tayan yang hampir menyerap angka pembangunan Rp 1 triliun itu menambah indah persatuan antara daerah yang terisolir. Mengoneksikan jalur darat antara Pontianak, Landak, Sanggau dan Ketapang-Sukadana.

Bertambahlah kejayaan infrastruktur dari sekedar Jembatan Tol Kapuas 1 dan 2 plus Jembatan Landak. Ini aset perekonomian kita yang harus dijaga.

Kita terus bersemangat dalam membangun. Namun jangan lupa bagi kita semua untuk terus meyatukan hati secara ‘istiqomah’. Satukan pikiran persatuan dan kesatuan. Jangan generasi sekarang sibuk dalam semangat membangun, namun nanti hancur semacam Aleppo karena pertikaian….

“Tempo doeloe” Kalbar bertikai hanya gara-gara hal sepele. Misalnya senggolan motor, tabrakan mobil, bahkan senggolan dua remaja di depan pentas hiburan rakyat. Lantas meluas jadi pertikaian etnis. Korban jiwa tak terhindar. Rumah-rumah dibakar…

Membangun adalah mengadakan yang belum ada menjadi ada. Membangun adalah merawat yang sudah ada. Membangun adalah meningkatkan dari yang sudah ada menjadi bertambah-tambah.

Membangun itu proses yang lama dan berkelanjutan, namun menghancurkannya cepat sekali (lihat Aleppo)….Lihat gambar yang diunggah di artikel ini. Coba bayangkan berapa rupiah membangunnya? Coba hitung berapa rupiah dihancurkan akibat hati dan pikiran amburadul? ***

Kesimpulannya: Warga Kalbar yang cerdas karena cepat mereposisi diri untuk hidup berdampingan secara damai ‘kudu’ kita rawat dan jaga bersama. Jangan seperti belahan dunia lain yang kesibukannya perang “selarat”.

Maka teriring doa semoga mereka yang bertikai cepat mereposisi diri untuk hidup berdampingan secara damai. Sebab damai itu indah….Pun di syurga–Pusat Damai–tak ada perang….tempat berperang itu ya neraka….(Di neraka itu satu orang dengan orang lain saling tuding dan saling memarahkan. Bahwa yang menyebabkan dirinya masuk neraka adalah si anu dan si anu sehingga dia menjerit meminta kepada Tuhan agar si anu itu ditimpakan azab jauh lebih berat daripada dirinya).

Janganlah kita buat neraka di dunia dan ternyata masuk neraka pula di akhirat. ‘Naudzubillahi min dzalik’. Sebaliknya, mari kita buat dunia ini menjadi syurga nan mesra. Caranya? Mari kita padu kebersamaan dengan membangun daerah saling bergandengan tangan, bergotong royong–sesuai adat dan budaya kita nan menjunjung tinggi toleransi.

Soal sembahyang, sholat, ke Pura, Wihara, Gereja, Kelenteng, ya silahkan nafsi-nafsi. Insya Allah di akhirat nanti juga kita sama-sama menuju ke Nirwana–syurga–Jannah….bersama-sama. Sebab di dunia kita menikmati syurga, di akhirat juga yakin bisa bersama sebab Tuhan Maha Kasih pada manusia yang beriman dan beramal sholeh. Kata-Nya, “Barangsiapa yang hidupnya di dunia ia buta, di akhirat lebih buta lagi.” (Penulis Direktur Pusdiklat TOP Indonesia dan Pimred Teraju.Id, Mengajar Jurnalistik di berbagai universitas)aleppo-2

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

IMG 20160926 193726 362

Polres KH Patroli dI Ujung Negeri

IMG 20160927 065343 573

Bagir Manan Akui Sultan Hamid Perancang Lambang Negara