teraju.id, Kubu Raya – “Sebelumnya marilah kita tiada henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas kasih sayang-Nya, kita masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani untuk bersama-sama hadir dalam Rapim Kodam XII/Tanjungpura tahun 2018.” Itulah ucapan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Inspektur Jenderal Polisi Didi Haryono, di hadapan personel TNI-Polri di Makodam XII/Tanjungpura, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Selasa, 20/2/18.
“Sebelum saya memulai, sekilas saya sampaikan bahwa situasi Kamtibmas di wilayah hukum Polda Kalbar dan jajaran sampai saat ini dalam keadaan aman dan kondusif. Ini merupakan hasil dari kerja sama antara personel Polri dan TNI yang ada di lapangan.”
Jenderal bintang dua itu, merasa bangga diberikan kehormatan oleh Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Achmad Supriyadi, untuk memberikan pembekalan dalam Rapim Kodam ini. “Selaku anak tentara, kehadiran saya di tengah rekan-rekan semua seperti berada di tengah keluarga sendiri.”
Dikatakan Didi, memang jika kita benar-benar menelaah, TNI dan Polri sejatinya adalah keluarga besar. Artinya, memiliki garis sejarah yang tidak berbeda.
“TNI-Polri lahir dari sebuah perjuangan rakyat dan bangsa untuk merdeka. TNI-Polri, dengan rupa-rupa nama pada jaman perjuangan kemerdekaan dahulu, berdiri di sekitar negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945. Yang kita rasakan adalah kebanggaan yang tinggi terlahir sebagai bagian dari bhayangkara negara, pengawal negara.”
Dijelaskan Didi, di tengah dinamika politik, sosial budaya dan keamanan dalam negeri dewasa ini, TNI-Polri dipercaya sebagai dua pilar sekaligus benteng NKRI yang berdiri kokoh. Banyak upaya dari musuh-musuh negara untuk menghancurkan NKRI, diantaranya dengan mencoba meruntuhkan dua pilar kuatnya. Mereka tidak akan pernah berhasil.
“Karena TNI-Polri memiliki doktrin yang sama: tegak lurus hanya untuk merah-putih dan NKRI!”
TNI-Polri adalah sebaik-baiknya praktik bhinneka tunggal ika. Hanya dalam organisasi TNI-Polri-lah, terakomodasi perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul.
“Kita tidak pernah mempertanyakan dari suku atau agama apa seorang prajurit atau bhayangkara. Yang kita tahu adalah kita semua sama menjadi abdi utama bagi nusa dan bangsa. Bahkan untuk perwira, kita diajarkan untuk mengenal nusantara dengan penempatan tugas yang berpindah-pindah provinsi. Mengenal lebih banyak daerah dan saudara dari berbagai suku dan agama.”
Jadi negara ini tetap kokoh berdiri hingga sekarang dan hingga kapanpun karena adanya keterpaduan TNI dan Polri dalam menjaga pilar-pilar negara, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam sapta marga, sumpah prajurit, 8 wajib TNI, dan 11 asas kepemimpinan yang dimiliki TNI, sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam tribrata dan catur prasetya yang kami miliki. Beberapa nilai luhur dan mendasar yang sama-sama kita miliki adalah taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, setia pada NKRI; bertekad melindungi rakyat; menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari; serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
“Kita juga memiliki banyak kesamaan lainnya. Kita memiliki seragam dengan aturan yang hampir mirip; kita memiliki jenjang kepangkatan dan eselonisasi jabatan yang juga mirip; Polri masih menerapkan disiplin yang diwarisi dari TNI.”
Dijelaskan Didi, hingga saat ini, Polri juga masih menerapkan tata upacara dan tata penghormatan yang diwarisi dari TNI; sistem pendidikan yang sejajar di setiap tingkatan. Dan masih banyak hal lainnya yang menunjukkan bahwa TNI-Polri benar-benar dua pilar yang kembar dan kokoh, pengawal sekaligus benteng negara.
Adapun tugas pokok dan peran kita yang berbeda, dimana TNI diberikan amanah untuk menjaga kedaulatan negara dan membina pertahanan negara, sementara Polri dipercaya untuk memelihara kamtibmas, dan menegakkan hukum. Perbedaan tugas pokok, peran, dan wewenang yang telah diatur dalam masing-masing undang-undang itu, justru untuk memperkuat keberadaan TNI-Polri sebagai pilar negara.
“Seperti sebuah sistem, kita menjadi saling melengkapi dan saling menguatkan karena memiliki tugas dan peran yang berbeda.”
Lebih lanjut Didi mengungkapkan, di sinilah lahir konsep sinergi TNI-Polri. Karena hanya dengan memadukan dan menyelaraskan dua kekuatan dan dua kemampuan yang berbeda dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas, hasilnya jauh akan lebih baik. Sinergi merupakan suatu proses berpikir dan bekerja sama dengan memberdayakan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki masing-masing pihak.
Sinergi bukan meleburkan dua kekuatan atau lebih menjadi satu. Sinergi lebih kepada memadukan, menyelaraskan, dan mengharmoniskan dua atau lebih kekuatan berbeda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang dihadapi bersama.
“Seperti yang kita hadapi bersama saat ini, dimana pilkada baru saja memasuki masa kampanye, tentunya akan banyak ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan yang akan dihadapi. Polri pasti membutuhkan dukungan TNI.”
Didi Haryono mengapresiasi dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada Pangdam XII/Tanjungpura dan seluruh jajaran TNI Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, yang telah mendukung secara total kegiatan rakor pengamanan pilkada serentak yang dipusatkan di Kota Pontianak beberapa waktu yang lalu.
“Sispamkota yang kita peragakan dengan mengedepankan tampilan sinergi mendapat apresiasi dari pimpinan Polri dan TNI. Begitu pula dengan berbagai apel gelar pasukan beberapa operasi, pengamanan tahun baru, serta kegiatan kegiatan kepolisian yang telah di-support oleh jajaran TNI dari tingkat kodam hingga babinsa, saya mewakili Polda Kalbar dan jajaran mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.”
Begitu pun sebaliknya, jajaran Polda kalbar siap untuk bekerja sama dan membantu apapun yang dibutuhkan oleh TNI khususnya jajaran Kodam XII/Tanjungpura.
Inspektur Jenderal Polisi Didi Haryono berharap, membuka ruang kerja sama yang lebih baik lagi, aturan dalam perbantuan TNI kepada Polri sebagai payung hukum kerja sama dan sinergi sudah ada.
Tak hanya itu, Didi juga menjelaskan terkait soal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai mengancam Kalimantan Barat. Rakor karhutla yang digagas Pangdam XII/Tanjungpura, kemarin sangat bagus untuk menggugah para pemangku kepentingan.
“Kita bersyukur rakor kemarin ditutup dengan guyuran hujan yang cukup lebat. Semoga curah hujan turun dengan cukup di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah sehingga ancaman karhutla bisa diminimalisasi secara alami. Semua orang menyadari bahwa TNI dan Polri adalah dua kekuatan negara yang siap diterjunkan kapan saja.”
“Kita masih harus memerangi praktek-praktek penambangan emas tanpa ijin yang identik menggunakan merkuri yang membahayakan manusia dan lingkungan. Kita juga masih harus berperang melawan bahaya penyalahgunaan dan penyelundupan narkoba,” tambah Didi.
Operasi-operasi gabungan masih menjadi cara paling efektif untuk dilakukan oleh TNI dan Polri, khususnya dalam menegakkan kedaulatan negara dan menjaga keamanan di sepanjang garis perbatasan negara.
[Rilis dari Kepala Urusan Liputan Produksi Dokumentasi Humas Polda Kalimantan Barat, Ajun Komisaris Polisi Cucu Safiyudin SH MH]