Oleh: Ahmad Subuh*
Saya lahir pada tanggal 9 Oktober 1995 di Desa Belitang II Kecamatan Belitang Kabupaten Sekadau. Saya anak kelima dari lima bersaudara dan tiga saudara saya sudah meninggal sejak saya belum dilahirkan. Ayah saya bernama Syafii dan ibu kandung saya bernama Siti (Almh). Sejak saya berumur 3 tahun, ayah sudah merawat saya dan saudara seorang diri. Pada saat umur saya tujuh tahun, ayah menikah lagi dan mendapatkan seorang adik baru. Ketika kecil, saya mempunyai cita-cita menjadi seorang Detektif yang handal.
Nah, berdasarkan cita-cita tersebut saya mulai giat belajar agar cita-cita saya tercapai dan hal tersebut saya buktikan dengan selalu mendapatkan juara kelas sampai saya menyelesaikan sekolah dasar. Saya melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama yang berada di kampung. Prestasi-prestasi yang saya dapat di sekolah dasar tetap saya pertahankan dan ditambah lagi dengan belajar berorganisasi khususnya ekstrakurikuler dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
Menjelang kelulusan sekolah menengah pertama saya ditawarkan oleh kedua orang tua untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di kota Sambas dan dibiayai oleh keluarga di sana. Karena keterbatasan ekonomi keluarga kami rang relatif miskin, tawaran tersebut pun saya terima.
Tahun pertama sekolah di Sambas saya sudah tidak betah, karena janji yang sebelumnya bahwa saya akan disekolahkan hingga selesai tidak ditepati oleh keluarga dan justru lebih banyak tekanan untuk bekerja mencari uang. Maka, saya putuskan untuk berhenti sekolah dan pulang ke kampung halaman untuk melanjutkan sekolah di kampung sendiri.
Demi meraih cita-cita, saya berusaha dengan keras agar mendapatkan beasiswa dan alhamdullillah selama saya sekolah di SMA orang tua saya tidak pernah mengeluarkan biaya untuk pembayaran SPP sekolah. Semenjak saat itu saya bertekad harus melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun hal tersebut tidaklah mungkin dikarenakan keterbatasan ekonomi.
Suatu hari saya dipanggil oleh kepala sekolah untuk menghadap beliau di ruangannya dan ternyata saya diajukan beasiswa di perguruan tinggi negeri di Pontianak. Berita bahagia tersebut saya sampaikan kepada kedua orang tua dan disambut bahagia dan senang oleh mereka. Pengumuman kelulusan seleksi beasiswa masuk perguruan tinggi tiba dan ‘alhamduliillah’ saya diterima di fakultas pertanian Universitas Tanjungpura dan dari dua tahun yang lalu sampai sekarang saya masih mendapatkan beasiswa tersebut.
Saya bertekad selesai kuliah dengan cepat agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi melalui jalur-jalur beasiswa lainnya agar dapat membahagiakan kedua orang tua. (Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Untan)