teraju.id, Rumah Melayu – Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar mengadakan pertemuan silaturrahmi dan peringatan hari lahir MABM Kalbar di Rumah Melayu, Ahad (22/4).
Pertemuan untuk merefleksi perjalanan MABM sejak 20 tahun lalu, diikuti Pengurus Harian, Ketua Dewan Penasehat, Dewan Pemangku Adat dan Perempuan Melayu.
Ketua Umum MABM Chairil Effendy memimpin pembacaan Al-Fatihah untuk para tokoh MABM Kalbar yang sudah wafat. Di antaranya almarhum Abang Imien Taha, Luthfli Ali, Rusman Namsuri, Ibrahim Saleh, Zahry Abdullah, termasuk Prof. Dr. Haitami Salim.
Setelah doa pembuka dilanjutkan dengan sambutan sekaligus paparan Prof. Chairil tentang perjalanan organisasi. Prof. Chairil mengilas balik perjalanan 20 tahun yang lalu. Terutama saat pendiriannya.
Katanya, MABM lahir di tengah situasi politik yang tidak memberi ruang kepada pengembangan budaya. Ada kerinduan di kalangan tokoh Kalbar terhadap budayanya.
Selain itu ada faktor pendorong dari Sarawak. Muhibbah di antara Malaysia dan Indonesia sering terjadi sejak dibukanya perbatasan Entikong dan Tebedu. “Ada kerinduan kita untuk seperti mereka,” ujar Prof. Chairil.
Setelah berdiri, selama 20 tahun banyak yang sudah dilakukan. Di semua kabupaten kota sudah didirikan MABM. Di banyak kabupaten, rumah Melayu sudah berdiri. “Alhamdulillah, sudah ada di semua tempat. Ini karena getaran dari provinsi,” katanya.
Dikatakan juga sekarang ini MABM mendapatkan tempat dalam dinamika di Kalbar. MABM dilibatkan dalam banyak kegiatan. Hampir tiap minggu ada kegiatan yang organisasi dilibatkan.
Prof. Chairil menambahkan MABM bisa secara rutin menyelenggarakan festival budaya Melayu. Kegiatan dua tahunan ini bisa menyediakan pentas untuk berekspresi. 25 Desember 2017 ini MABM juga akan mengadakan musyawarah.
Setelah pengantar dilanjutkan paparan dan tanggapan. (yus).