Oleh: Dwi Syafriyanti, SH, MH
Ada yang merasa “tertampar” di ujung hari ke lima gelaran Expo Bekraf dalam rangka Hajad Kota Pontianak ke-247 di pelataran sebelah barat Mal Ayani semalam, 23/10/18.
Menurut yang bersangkutan ini “menyakitkan”, bukan keadaan biasa yang mengenakkan. Untungnya sang empunya rasa tahu diri, jika itu pantas didapatkan rasa pahit atau sakitnya.
Ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan setelah sesaat menjawab pertanyaan si Bapak, si penjaga stand literasi ini masih dirundung gelisah. Tak heran jika kehadiran kami di stand literasi jadi kesempatannya mencurahkan isi hati alias curhat.
“Kak Nur, Kak Dwi! barusan Pak Gub Sutrmidji datang ke stand kite, die ngeliat-ngeliat buku, tanya-tanya juga,” ujar si volunteer Kampoeng English Poernama ini.
Suami saya tanya, “Buku apa jak yang diliatnye Dhy?”
Odhy yang masih menimba ilmu di Fakultas Teknik Untan menunjuk 1 buku berjudul Bonntianak (Bonn-Pontianak). “Dia pegang dan liat buku ini kak!” sambungnya lagi.
Saya menyimak dengan seksama apa yang disampaikan Odhy. “Klo Bonntianak tuh dia dah punye Dhy, dan pasti dah dibacenye, karena semua buku yang didapatnya dipastikan dibacenye. Beliau rajin membace. Kategori kutu buku,” sambung saya lagi.
Saya sempat “flashback” beberapa tahun lalu, mengingat Pak Sutarmidjilah yang meluncurkan buku karya saya berjudul Bonntianak ini di Rumah Radkang dalam even Patriotisme 2016, dan beliau pernah mengatakan bahwa semua buku yang diberikan kepadanya, pasti ia baca.
Masih penasaran kami, “Trus dia tanya apalagi Odhy” sambung saya. Sembari mengibas rambut panjangnya yang khas ala mahasiwa FT, Odhy yang mengaku rajin bershampo ini melanjutkan laporannya tentang kunjungan Pak Gub yang akrab disapa Bang Midji.
“Trus kak, die tanya lagi, ini buku semua sape jak yang nulis? Saye jawablah, semua buku-buku neh penulis Kalbar pak.”
“Iya betul, kan ini stand literasi penulis Kalbar,” sambung Nuris.
“Trus mane buku kau?!” Demikian pertanyaan dadakan Sang Gubernur, walikota Pontianak dua periode, mantan dosen Fakultas Hukum Untan, Odhy lagi-lagi mengutip pertanyaan Bang Midji yang kala mampir didampingi sang istri berikut ajudan.
“Bleeb, saye gelagapan bilang, anu pak, masih dalam proses penulisan,” sambung Odhy yang bergabung di Kampoeng English Poernama Batch 4–awal tahun 2018.
“Masak Kak Nur, habis tuh Pak Gubernur langsung cabut, pergi ninggalkan stand!”
“Sakit saya kak!” kata Odhy terkekeh sambil senyum pahit.
“Saya merasa disinggung, masak saya kenak tinggalkan gitu,” ujar Odhy melanjutkan lagi laporan juga curhatnya ini.
Masih dalam senyum pahitnya cowok penyuka dunia fotograpi ini melanjutkan isi hatinya,
“Saye nak menulis kak, pokoknye saya nak nulis!” sambung Odhy.
“Iya Odhy, harus!” saya menyemangati. Tahun depan akan ada pemeran Bekraf begini lagi. Mungkin lebih besar dengan cita rasa Literasi Kalbar.
Waaah, jurus suami saya, Nuris ternyata jitu batin saya. Di tengah kesibukan menyiapkan stand sebelum acara pembukaan, Nuris mengatakan kepada saya bahwa ia sengaja melibatkan secara aktif volunteer-volunteer Kampoeng English Poernama di kegiatan pameran, di stand literasi. “Biar mereka termotivasi menulis,” kata Nuris.
Sebab sepanjang 19-23 Oktober para volunteer atau relawan Kampoeng English Poernama akan terlibat aktif dengan banyak penulis hebat, pemilik ide cemerlang, orang-orang yang berprestasi dan berpengetahuan dalam berbagai bidang/lapangan. Sedikit banyak hal itu akan merasuk dalam benak serta pikiran mereka, sehingga akan turut aktif terlibat bekerja di dunia keabadian. Mengutip penulis terkenal Pramoedya Ananta Tour, bahwa menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Berarti, kalau kita menulis, banyak hal yang kita dokumentasikan atau abadikan.
Dengan demikian pula, banyak inspirasi bisa dipetik oleh siapa saja yang membacanya. Sekecil apapun tulisan itu.
Sukses cara memotivasinya neh batin saya, dan tak sabar rasanya menunggu tulisan Odhy dkk volunteer Kampoeng English Poernama yang tahun ini turut memamerkan sejumlah buku hasil KEP’s Journalism Fellowship tahun 2016 dan 2017. Termasuk buku transelasi dari teks Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Odhy sudah dipastikan akan punya tulisan yang dibukukan karena tergabung dalam KEP’s Journalism Fellowship ke Kuala Lumpur dan Singapore bulan depan (medio Nopember 2018).
Saya juga kok merasa disinggung yaa.. , juga merasa “tertampar”, tapi bukan oleh pertanyaan pak Gubernur sebagaimana yang dirasakan Odhy, tapi oleh tagline backdrop stand literasi yang bertuliskan #2019tambahbuku.
Hehe.. Berhasil kalian yang membuat tagline itu. Ternyata menulis itu memang harus di “panas-panasi”. Salam Literasi dari Purnama, Base Camp Kampoeng English Poernama. (Penulis adalah advokat, pembina Kampoeng English Poernama, Koordinator Bidang Hosting Binabud Chapter Pontianak).