Bukan Rumahnya, Tapi Orangnya

3 Min Read

Oleh : Khatijah

Hari ini aku sengaja pulang awal, sebab akhir-akhir ini hubunganku dengan orang rumah semakin jauh. Masing-masing sibuk. Ada yang sibuk ujian, sibuk dengan tugas. Dan aku sibuk membenahkan tugas, proposal serta buku.
Banyak yang aku rindukan dari rumah ini. Suasana menyambut malam dengan suara gitar yang dipetik oleh Bang Long diiringi senandung tentang senja oleh Pae, melihat Bang Long menyiang ikan hasil pancingannya, mendengar cerita Ibu Six Sence tentang Jeli, atau menunggu mamang pentol lewat, dan banyak lagi.

Rindu sekali mendengar kalimat Bang Long, ketika ia datang dari memancing. “Bang Long nyiang ikannya, kau siapkan bumbu”.

Tak perlu terkejut, Bang Long adalah orang yang sangat mandiri. Pertama aku pindah ke rumah ini, ia sudah membuat aku tergugah. Kukira ia orang yang tidak mengenal kata capek. Bagaimana tidak, sebelum Isya ia sudah berangkat ke kafe manggung bersama teman-temannya, pulang hampir pukul 1 pagi. Siangnya ia ke kampus.
Jadi waktuku hanya sore bertemu dengannya. Tak banyak yang kuketahui tentang Bang Long waktu itu. Seiring berjalannya waktu Bang Long memutuskan untuk fokus dengan kuliahnya ia meninggalkan pekerjaannya sebagai gitaris.

Jadi semakin sering di rumah, dan membawa teman-temannya, Aku menjadi akrab dengan mereka. Semua teman Bang Long sangat menyenangkan. Dari situ aku melihat Bang Long adalah orang yang tidak mencintai dirinya sendiri, sebab ia selalu mementingkan temannya. Pernah sekali aku melihat ia di kondisi yang rumit, namun temannya minta bantuan, tetap saja Bang Long menomor-satukan temannya.

Bukan hanya itu, tetangga-tetangga rumah juga sangat baik kepada Bang Long. Dulu ketika ada Ibu Six Sence, tak pernah kami kekurangan makanan. Rasanya hampir setiap hari Ibu Six Sence memanggil nama Bang Long, memberikan makanan, baik itu lauk pauk, cemilan, maupun gorengan. Tuhan tidak pernah salah, jika berbuat baik kepada si A maka akan dibalas kebaikannya oleh si B, atau oleh si C D E dan seterusnya, maka dari itu aku menyimpulkan motto kehidupan Bang Long adalah “Balaslah kejahatan dengan kebaikan”.

Namun hari ini aku merasakan semuanya telah jauh berubah. Ibu Six Sence pindah ke Singkawang tak ada lagi yang akan bercerita tentang si Jeli, Mamang pentol tak pernah lagi lewat sejak menjadi korban jeli. Teman-teman Bang Long masih sering berkunjung meski Bang Long tak lagi di rumah karena sekarang alasan mereka ke rumah meminjam buku kepadaku.

Meski begitu rumah tetap ramai, setiap sore Dek Ngah yang menggantikan Bang Long memetik gitar. Tetapi kesunyian itu terasa. Banyak yang berubah.

Tidak terasa hampir setengah semester kedamaian di rumah ini tidak lagi terlihat. Kenyamanannya hilang, sejak Bang Long tak kembali pulang.

Pontianak, 25 Juni 2019


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article