Oleh: Adinda Yudiatmira Ramadhani*
Perubahan arah baru untuk Generasi Z sangat dibutuhkan pada tahun ini. Kenapa? Hal ini dapat kita lihat dengan maraknya era globalisasi yang serba praktis dan canggih sudah masuk ke seluruh dunia, terutama Indonesia dengan kota kecilnya di sebelah barat, kota Pontianak. Internet dan aplikasi media sosial menjadi perbincangan heboh 1 x 24 jam tanpa kenal henti. Jika dilihat, pengguna media sosial terutama Instagram dipenuhi dengan orang yang terkemuka, dari yang terkenal se-nusantara, hingga se-kotanya. Mulai dari artis papan atas hingga selebgram dengan beribu followers yang ada. Jika kita lihat lebih spesifik lagi, di Pontianak, mayoritas pengguna Instagram adalah anak remaja di kalangan SMP dan SMA dengan Mahasiswa seperempatnya yang pasti dengan followers yang berlimpah ruah.
Hal ini membuktikan bahwa pergerakan kecil yang mereka lakukan akan membawa perubahan baru kedepannya, karena mereka mempunyai daerah kekuasaan yang luas dengan pengikut beribu orang dari berbagai kota, bahkan negara. Perubahan baru ini juga tergantung kepada kalangan remaja yang menggunakan Instagram sebagai platform positif atau negatif. Faktanya adalah negatif. Kegiatan yang dilakukan di dunia maya kerap melenceng dengan moral dan di kehidupan nyata. Pengaruh kehidupan maya lebih besar dan kuat untuk ditransfer ke kalangan remaja pengguna Instagram. Mereka pun dengan mudah menerima perubahan itu yang dianggapnya keren, menarik, booming, dan baik, lalu mengaplikasikannya dengan mengekspos ke Instagram.
Pengaruh tersebut dapat kita rasakan dengan melihat unggahan foto dan instastory bahkan live streaming mereka. Style yang tak sesuai dengan moral kehidupan seusia mereka, mengikuti style orang terkenal, mereka lakukan agar mendapat pujian dan perhatian dari followers mereka, bahkan untuk menambah angka followers yang ada. Hal tersebut cenderung viral ataupun terkenal, karena sesuatu yang diunggah menarik bagi netizen. Pengungkapan ekspresi diri mereka tentang hal yang sedang terjadi di dunia nyata kerap disuarakan atau dilampiaskan di instastory ataupun kolom komentar dengan bahasa yang menyinggung instansi atau orang tertentu. Tentu hal tersebut sangat berbahaya, karena sebagaimana mestinya, mereka harus tahu bahwa Instagram sangat luas dan apa yang mereka ungkap lewat Instagram, akan dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum bahkan orang penting sekalipun yang berhubungan dengan hal yang sedang terjadi.
Informasi yang tersebar luas tanpa diketahui narasumber di Instagram sangat menuntut kemungkinan bagi remaja mudah percaya yang membuat mereka dengan mudah memakan berita hoax nantinya. Tetapi, dari semua pengaruh yang ada, dampak yang lebih besar dari semuanya adalah psikis remaja. Aplikasi Instagram adalah salah satu yang berpengaruh sangat besar pada psikis atau mental remaja. Remaja akan selalu mengecek ataupun membuka Instagram kapanpun dan dimanapun ketika mereka sedang melakukan sesuatu. Segala sesuatu yang dilakukan selalu dipublikasikan seolah-olah hidup yang ada adalah di dunia maya. Penggunaan Instagram yang berlebihan pun akan menurunkan kesehatan fisik, seperti menurunnya kesehatan badan karena kurangnya waktu istirahat yang digunakan terlalu lama beraktivitas di Instagram.
Depresi yang terjadi pada remaja sangat memungkinkan terjadi. Hal yang terjadi di Instagram seperti menerima hujatan, kritikan, atau bullying secara tidak langsung mengganggu kesehatan mental remaja. Mereka akan merasa depresi, karena apa yang mereka unggah di Instagram yang dianggapnya baik, dipandang buruk oleh netizen. Bukan hanya itu, remaja yang kecanduan menggunakan aplikasi Instagram mempunyai penyakit FOMO. FOMO adalah kepanjangan dari Fear Of Missing Out, yaitu ketakutan akan ketinggalan informasi. Remaja akan merasa minder ataupun muncul FOMO ketika mereka tidak beraktivitas di Instagram, sedangkan lingkungan sekitar mereka sedang membahas hal yang sedang terjadi.
Perubahan awal harus dilakukan dengan mengubah perspektif remaja tentang penggunaan Instagram yang lebih keren dan cerdas. Remaja harus mendapat pengetahuan lebih tentang Instagram, agar mereka mendapat jackpot dari penggunaan Instagram itu sendiri. Remaja yang awalnya mengekspresikan diri melalui Instagram dengan tujuan mengikuti style orang dan menambah angka followers, dapat dikombinasikan dengan pengekspresian diri melalui skills yang mereka punya. Pengekspresian diri berupa karya tulisan, bahkan penunjang ekonomi sekalipun seperti online shop lebih meng-show up kan diri mereka yang sebenarnya. Instagram juga mendukung remaja sebagai pelajar, pastinya mendapat pengetuhan ekstra di luar sekolahnya sehingga lebih berkembang dan maju menjadi pelajar yang aktif, inovatif, dan kreatif, karena zaman era globalisasi ini, pelajar akan mendapat banyak sekali peluang keuntungan untuk bergerak di bidang manapun untun mengekspresikan dirinya selain menjadi pelajar di sekolahnya.(*Peserta Duta Damai Kalbar/Foto: google image)