Oleh: M Hermayani Putra
Harus jujur kukatakan dari awal, ini adalah tulisan seorang pemula. Belum banyak karya yang dihasilkan, kecuali laporan-laporan kegiatan proyek yang penuh bahasa teknis. Paling banter jadi penyunting buku panduan dan kumpulan tulisan teman-teman WWF bertemakan masyarakat dan konservasi. Belum ada kesempatan? Bisa jadi. Tidak ada keberanian dan tekad kuat untuk mulai menulis, mungkin ini lebih tepat.
Delapan belas tahun dua bulan aku bekerja di World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia. Sebagai bagian dari jaringan WWF, salah satu organisasi konservasi terbesar di dunia, ada banyak catatan pribadi yang kutulis untuk konsumsi sendiri. Banyak memuat pesan dan kata kunci pada setiap momen dan peristiwa yang kujalani. Berharap satu hari bisa kuceritakan ulang kepada anak-cucu, tentang pentingnya menikmati proses dan mensyukuri hasil.
Dari sekian banyak catatan tersebut, ada yang tuntas kutulis sebagai sebuah cerita, namun lebih banyak lagi yang tidak selesai, terbengkalai. Alasannya klasik: rutinitas dan dinamika pekerjaan di lapangan dan kerja-kerja administrasi di balik komputer cukup menyita waktu. Kondisi ini membuat banyak catatan tersebut tidak utuh menjadi satu cerita.
Tapi mungkin ini skenario yang sedang Allah siapkan untukku. Setelah tidak lagi di WWF, sekarang aku bisa berjarak dengan begitu banyak kisah dan momen yang sangat mewarnai hidupku. Dalam suasana dan nuansa yang lebih netral. Catatan yang tak tuntas sebelumnya, satu per satu coba kurangkai ulang. Ibarat menyusun kepingan puzzle. Perlu kesabaran dan juga kesadaran tinggi agar episode-episode penting tidak ada yang terlewatkan.
Belasan tahun interaksiku sangat dekat dengan hutan Kalimantan. Hutan yang menghasilkan oksigen. Hutan yang menabung air hujan dan mengalirkannya ke sungai dan danau. Hutan yang juga menjadi ‘rumah’ bagi keanekaragaman hayati di dalamnya, sumber pangan dan obat-obatan utama bagi masyarakat.
Baru berapa persen saja dari kekayaan keanekaragaman hayati ini yang dikenali dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Kalimantan dan warga dunia lainnya. Selebihnya masih menjadi misteri, karena belum diketahui dan dipelajari khasiat dan manfaatnya. Pastinya sudah banyak juga yang sudah tertanam di benak masyarakat adat dan lokal Kalimantan dari generasi ke generasi, tapi belum banyak yang tercatat, sehingga bisa menjadi pengetahuan lebih banyak orang lagi di luar Kalimantan.
Ikhtiar menjaga hutan Kalimantan beserta sungai, danau beserta segala isinya bersama masyarakat Kalimantan ibarat menjaga jantung di tubuh kita. Jantung bekerja spartan memompa darah dan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh. Tak putus, tiada jeda, tanpa pernah rehat, selamat hayat masih dikandung badan. Determinasi dan motivasi tinggi dari masyarakat Kalimantan untuk menyelamatkan rumah mereka inilah yang terus menyemangatiku selama belasan tahun bekerja bersama mereka.
Sinergi dan kolaborasi dengan pemerintah, LSM lain, lembaga donor, media, dan perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri juga menambah warna lain perjalanan hidupku. Ada suka, tapi pasti juga terselip duka dalam lintasan kisah yang telah menjejak benakku. Ada pahit, namun ada juga manis terasa dalam untaian momen-momen terbaik dalam hidupku. Semua mengiringi sepenggal rentang waktu hidupku dalam “Menjaga Jantung Kalimantan”, begitu catatan ini kuberi judul.
Ok, nantikan tulisan berikutnya ya.
Salam Literasi dari Jantung Kalimantan,
#KMOIndonesia, #KMOBatch25, #Sarkat